Panggilan Sayang Termasuk Sunnah Rasul, Ini Haditsnya

ADVERTISEMENT

Panggilan Sayang Termasuk Sunnah Rasul, Ini Haditsnya

Rosmha Widiyani - detikEdu
Sabtu, 15 Jan 2022 06:00 WIB
Ilustrasi rumah tangga atau pasangan muslim
Ilustrasi kehidupan rumah tangga/Panggilan sayang adalah sunnah Rasulullah SAW berikut dalilnya. Foto: iStock
Jakarta -

Panggilan sayang menjadi salah satu perilaku yang selalu diterapkan Rasulullah SAW. Sebagai umatnya, tak salah jika perilaku tersebut diterapkan juga dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam hadits dijelaskan panggilan sayang Rasulullah ditujukan pada istrinya Aisyah RA. Berikut haditsnya,

عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ: دَخَلَ الْحَبَشَةُ الْمَسْجِدَ يَلْعَبُونَ فَقَالَ لِي: يَا حُمَيْرَاءُ أَتُحِبِّينَ أَنْ تَنْظُرِي إِلَيْهِمْ فَقُلْتُ: نَعَمْ ، فَقَامَ بِالْبَابِ وَجِئْتُهُ فَوَضَعْتُ ذَقَنِي عَلَى عَاتِقَهُ فَأَسْنَدْتُ وَجْهِي إِلَى خَدِّهِ قَالَتْ: وَمِنْ قَوْلِهِمْ يَوْمَئِذٍ أَبَا الْقَاسِمِ طَيِّبًا فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: حَسْبُكِ فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ لاَ تَعْجَلْ، فَقَامَ لِي ثُمَّ قَالَ: حَسْبُكِ فَقُلْتُ: لاَ تَعْجَلْ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَتْ: وَمَا لِي حُبُّ النَّظَرِ إِلَيْهِمْ، وَلَكِنِّي أَحْبَبْتُ أَنْ يَبْلُغَ النِّسَاءَ مَقَامُهُ لِي وَمَكَانِي مِنْهُ. (رواه النسائي)

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Artinya: Dari Aisyah RA istri Nabi SAW, ia berkata, "Orang-orang Habasyah masuk masjid dan menunjukkan atraksi permainan, lalu Rasulullah SAW. bersabda kepadaku, 'Wahai Humaira,' apakah engkau mau melihat mereka?" Aisyah menjawab, "Iya." Maka Nabi SAW berdiri di depan pintu, lalu aku datang dan aku letakkan daguku pada pundak Rasulullah SAW dan aku tempelkan wajahku pada pipi beliau. Lalu ia mengatakan, "Di antara perkataan mereka tatkala itu adalah, Abul Qasim lakukanlah kebaikan kepada kami." Lalu Rasulullah SAW mengatakan, "Apakah sudah cukup wahai Aisyah?." Ia menjawab, "Jangan terburu-buru wahai Rasulullah." Maka beliau pun tetap berdiri, Lalu Nabi SAW mengulangi pertanyaannya, "Apakah sudah cukup wahai Aisyah?" Namun Aisyah tetap menjawab, "Jangan terburu-buru wahai Rasulullah SAW." Aisyah mengatakan, "Sebenarnya bukan karena aku senang melihat permainan mereka, tetapi aku hanya ingin memperlihatkan kepada para wanita bagaimana kedudukan Nabi SAW terhadapku dan kedudukanku terhadapnya." (HR An Nasa'i).

Pada praktiknya, panggilan sayang tidak hanya ditujukan pada pasangan. Namun bisa juga diterapkan pada anak dari orang tua. Hal ini dijelaskan ustaz Yusuf Mansur dalam situsnya.

ADVERTISEMENT

"Panggilan buat anak yaa nuuro 'ainayya artinya wahai cahaya mataku, bisa juga ta'aal hunaa berarti mari sini. Atau coba yaa mubasysyirol qolbi yang artinya wahai yang menggembirakan hati, atau ta'al ilaa hunaa artinya mari sini," tulisnya.

Ustaz Yusuf mengingatkan orang tua jangan memanggil anak dengan panggilan sia-sia yang tanpa harapan dan makna. Panggilan sesungguhnya adalah doa, seperti yang dicontohkan dalam kisah ibunya Imam Sudais saat marah.

"Kalau lagi marah marahlah seperti ibunya Imam Sudai, 'Idzhab anta. Ilaa Masjidil Haroom. Kun imaaman hunaak. Keren banget dah. Marah aja jadi doa," tulis Yusuf Mansur yang dikutip detikcom pada Jumat (14/01/2022).

Arti kalimat yang dikatakan ibunya Imam Sudais adalah, "Pergi sana ke Masjidil Harom. Jadi imam di sana." Hasilnya, Imam Sudais memimpin Masjidil Haram di usia 24 tahun. Harapan serupa bisa dikatakan orang tua pada anaknya dalam berbagai kesempatan, termasuk saat marah.

Panggilan sayang juga bisa berlaku sebaliknya, pada anak untuk orang tua. Dikutip dari Majalah Risalah NU edisi 114, Nabi Yusuf AS memanggil ayahnya dengan yaa abati seperti dijelaskan dalam QS Yusuf ayat 4

إِذْ قَالَ يُوسُفُ لِأَبِيهِ يَٰٓأَبَتِ إِنِّى رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ رَأَيْتُهُمْ لِى سَٰجِدِينَ
Arab latin: Iż qāla yụsufu li`abīhi yā abati innī ra`aitu aḥada 'asyara kaukabaw wasy-syamsa wal-qamara ra`aituhum lī sājidīn

Artinya: (Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku (yā abati), sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku."

Panggilan serupa ditujukan Nabi Ismail AS pada ayahnya Nabi Ibrahim AS dan sebaliknya, seperti dijelaskan dalam QS As Saffat ayat 102

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعْىَ قَالَ يَٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ

Arab latin: Fa lammā balaga ma'ahus-sa'ya qāla yā bunayya innī arā fil-manāmi annī ażbaḥuka fanẓur māżā tarā, qāla yā abatif'al mā tu`maru satajidunī in syā`allāhu minaṣ-ṣābirīn

Artinya: Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku (ya bunayya) sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu." Ia menjawab: "Hai bapakku (ya abati), kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar."

Semoga semua muslim selalu diberi kelapangan dan kesabaran hati untuk menyebut orang-orang terdekatnya dengan panggilan sayang, meski dalam keadaan marah dan sedih.




(row/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads