Pembahasan mengenai student loan baru-baru ini kembali menjadi perbincangan yang cukup ramai di media sosial Twitter. Sebenarnya wacana ini pernah dilontarkan Presiden Joko Widodo pertemuan dengan pimpinan bank umum di Istana Negara sekitar empat tahun lalu.
Saat itu, Jokowi meminta perbankan untuk mengeluarkan produk finansial berupa kredit pendidikan atau student loan. Agar supaya kredit yang diberikan ke masyarakat tidak hanya untuk hal yang konsumtif seperti membeli kendaraan atau properti.
Jokowi juga membandingkan dengan kebijakan student loan di Amerika Serikat. Menurut Jokowi, nilai nominal realisasi pembiayaan kredit pendidikan di AS sebesar 1,3 triliun US dollar, melampaui total outstanding pinjaman kartu kredit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nah, ternyata pinjaman pelajar atau student loan pertama kali diterapkan pada akhir abad ke-11 di kampus University of Bologna, Italia. Skema ini kemudian diikuti University of Paris, Oxford University, dan Cambridge University.
Dikutip dari Time, semua kampus ini menawarkan gelar kepada para anak muda yang kemudian dididik untuk menempati posisi di Gereja Katolik dan juga dalam pemerintahan.
Hanya saja, student loan baru dijadikan kebijakan yang tercatat secara resmi pada 1240 oleh Uskup Lincoln, Robert Grosseteste di Oxford University. Grosseteste menamakannya St. Frideswide's Chest (Peti St. Frideswide).
St. Frideswide's Chest ini memang bentuknya sebuah peti sesuai dengan namanya. Peti tersebut diletakkan di Biara St. Frideswide yang berada di tengah-tengah kompleks kampus.
Bagi mahasiswa yang meminjam harus memenuhi sejumlah syarat. Pertama, dia harus berikrar hidup sederhana. Kemudian, mahasiswa tersebut memberikan barang berharga miliknya sebagai jaminan yang akan disimpan dalam peti.
Sementara, negara yang pertama kali memberlakukan skema pinjaman pelajar nasional adalah Kolombia, yakni pada tahun 1951.
Ada juga negara Australia yang memperkenalkan kembali konsep ini pada 1989 dan digunakan untuk membiayai perluasan besar perguruan tinggi, setelah sebelumnya menghapusnya pada tahun 1974.
Lalu di Inggris, pada tahun 1998, biaya pendidikannya adalah Β£1,000 atau sekitar Rp 19.5 juta untuk sebagian mahasiswa sarjana penuh waktu. Jumlah tersebut meningkat pada tahun 2006 menjadi sekitar Β£3,000 atau Rp 58,5 juta untuk sarjana penuh waktu dan menjadi Β£9,000 atau Rp 175,4 di tahun 2012. Kini, jumlahnya adalah Β£9,250 atau kira-kira Rp 180 juta.
Sistem student loan di berbagai negara terdiri dari dua sistem. Pemaparannya serta dampaknya akan dijelaskan di bawah ini.
Jenis Student Loan/Pinjaman Pelajar
1. Time-based repayment loans (TRBL)
Skema pembayaran dalam periode waktu tertentu, contohnya sepuluh tahun.
2. Income Contingent Loans (ICL)
Skema pembayaran bergantung pada penghasilan peminjam di masa depan.
Perbedaan TRBL dan ICL
1. TRBL
- Tidak ada jaminan jika lulusan mengalami kesulitan
- Jika terjadi gagal bayar, maka akan merusak reputasi kredit lulusan dan membatasi aksesnya ke pinjaman komersial normal
- Tingkat gagal bayar tinggi dan dapat menyebabkan pengeluaran yang besar pada pemerintah
- Beban bayar berpengaruh pada perempuan dan lulusan yang berpenghasilan rendah.
2. ICL
- Tidak ada pengembalian pinjaman jika peminjam memiliki penghasilan rendah, menganggur, dan bertindak sebagai caring role.
- Memberikan jaminan pada peminjam dari kesulitan pembayaran dan default.
Pada laporan milik UCL ini juga disebutkan, beberapa negara seperti Denmark, Jerman, dan Swedia memang tidak membebankan biaya pendidikan pada mahasiswa. Biaya studi dibebankan pada pembayar pajak.
Penghapusan student loan juga sempat dikemukakan dalam pemilihan umum di Inggris Raya dan Selandia Baru. Kemudian, di negara bagian New York, biaya pendidikan sebagian besar mahasiswa dicabut.
Pendapat yang berbeda dikemukakan oleh Profesor Fakultas Pendidikan dan Masyarakat UCL, Lorraine Dearden. Dirinya mengatakan, pendidikan tinggi yang gratis adalah bersifat regresif karena pembayar pajak bergelar non-sarjana mengalami perekonomian yang kurang beruntung sepanjang hidupnya, dibanding dengan para sarjana itu sendiri.
Merangkum dari tulisan berjudul Student Loans in an International Perspective: The World Bank Experience oleh Jamil Salmi, beberapa contoh negara yang menerapkan student loan adalah di bawah ini.
Negara yang Menerapkan Student Loan
1. Departemen dalam universitas: Amerika Serikat, Meksiko, China
2. Dengan agensi khusus: Kolombia (ICETEX)
3. Universitas dengan agensi: Meksiko (SOFES)
4. Bank komersial: ada banyak negara
5. Agensi dengan bank komersial: Venezuela ( FUNDAYACUCHO), Jamaika (SLB)
6. Pemerintah dan agensi: Amerika Serikat
7. Pemerintah dengan bank komersial: Kanada, Polandia, Hongaria
Sebagai tambahan informasi, pada artikel milik CNBC Make It pada 2021 lalu disebutkan, ada beberapa dampak dari pinjaman pelajar, berdasarkan konteks Amerika Serikat . Hal ini dikemukakan oleh Nela Richardson, kepala ekonom manajemen HRD di firma ADP. Seperti ini menurutnya:
1. Ketidaksetaraan Generasi
Richardson menekankan bahwa pinjaman pelajar lebih berdampak pada kaum muda saat ini, ketimbang generasi-generasi di atasnya. Selain itu, lulusan saat ini memasuki salah satu periode dunia kerja paling tidak menguntungkan. Sehingga, akan menimbulkan dampak jangka panjang berupa ketidaksetaraan generasi.
2. GDP
Pinjaman pelajar dapat mengakibatkan beban, menurunkan skor kredit, serta daya beli peminjam. Dalam laporan ini dikatakan, karena kaum muda dibebani secara tidak proporsional, maka mereka akan kurang partisipatif dan membantu menumbuhkan perekonomian dalam jangka panjang.
3. Gagal Bayar
Terakhir, dikhawatirkan para peminjam tidak dapat membayar utang pelajarnya. Richardson juga mengatakan, akibat dari student loan ini, ditakutkan para peminjam terhambat dalam upaya menghasilkan kekayaan, contohnya untuk memulai bisnis.
(nah/pal)