Di tengah-tengah kelompok yang menolak, hanya Halimah yang bersedia dan bersikeras untuk menyusui bayi Muhammad. Hingga ia dan suaminya berhasil membawa sang bayi pulang. Nabi Muhammad pun saat itu tinggal bersama ibu susunya di dusun Bani Sa'ad selama empat tahun.
Perlu diketahui bahwa zaman dulu masyarakat Arab memiliki kebiasaan menyusukan anak-anak mereka kepada perempuan desa. Hal ini bertujuan agar anak-anaknya tumbuh di lingkungan pedesaan yang udaranya masih bersih dan berada di lingkungan dengan bahasa Arab yang fasih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Agar anak dapat berbicara bahasa yang asli, bahasa Arab Kaum Badwi sejati, bahasa yang belum rusak karena belum dipengaruhi bahasa asing. Dengan demikian, anak dapat bertutur kata dengan bahasa Arab yang baik dan dialek Arab yang asli serta fasih," tulis Moenawar Khalil dalam Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad.
C. Wafatnya Sang Ibu dan Kakek
Muhammad kecil saat berusia 5 tahun sudah kembali ke rumahnya. Ia mulai kembali hidup bersama ibunda dan kakeknya. Namun tak lama setelah itu tepatnya saat Rasul berusia 6 tahun,
Nabi Muhammad juga kehilangan sang Ibu, Siti Aminah, yang meninggal dunia setelah mereka berdua ziarah ke makam Abdullah. Aminah dikabarkan jatuh sakit sebelumnya dan dikuburkan di sebuah desa bernama Abwaa'.
Alhasil, Nabi Muhammad SAW kembali ke Mekah bersama Ummu Aiman, sosok pelayan di keluarganya yang kemudian dianggap sebagai saudara sendiri oleh orang tua Nabi Muhammad SAW.
Sepeninggal ibunya, Nabi Muhammad harus diasuh oleh Abdul Muthalib, kakeknya. Sang kakek dikisahkan memiliki tempat spesial karena Nabi Muhammad SAW menghabiskan masa kecil bersamanya.
Demikianlah, seorang Nabi Muhammad yang masih berusia 6 tahun sudah harus menjadi seorang anak yatim piatu tanpa kedua orang tuanya. Hal ini membuat Nabi Muhammad dirawat sepenuhnya oleh Abdul Muthalib yang sangat menyayanginya.
Nabi Muhammad kecil hidup bahagia dalam asuhan Abdul Muthalib dan Ummu Aiman. Namun, seakan kebahagian tidak berlangsung lama. Dua tahun kemudian, Muhammad kecil kembali kehilangan seseorang yang istimewa baginya, yakni sang kakek, Abdul Muthalib.
Tidak dapat dibayangkan bagaimana kesedihan seorang anak usia 8 tahun tersebut.
Pengasuhan Muhammad kecil kemudian diserahkan kepada pamannya yang bernama Abu Thalib. Disebutkan dalam sejumlah sirrah bahwa Abdul Muthalib mewasiatkan hal tersebut kepada Abu Thalib, mengingat Abdullah dan Abu Thalib adalah saudara seibu.
Saat bersama pamannya inilah, seorang pemuka agama mengenali Muhammad sebagai utusan Allah SWT dan membawa Islam pada seluruh masyarakat dunia.
Kisah kelahiran Nabi Muhammad SAW yang lahir tanggal 12 Rabiul Awal pada hari Senin bernilai istimewa bagi umat Islam. Sebab itulah kita juga mengenal amalan sunnah puasa Senin-Kamis sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
(rah/lus)