Uni Soviet runtuh pada tanggal 26 Desember 1991. Padahal, belum genap setahun sebelumnya, negara sosialis ini disebut sebagai negara terbesar di dunia. Seperti apa sejarah runtuhnya Uni Soviet?
Pada 1 Januari 1991, wilayah kekuasaan Uni Soviet meliputi satu per enam permukaan bumi. Daerah seluas 22,4 juta km persegi itu didiami oleh 290 juta penduduk dari 100 kebangsaan, seperti dikutip dari Encyclopaedia Britannica.
Uni Soviet saat itu juga memiliki puluhan ribu persediaan senjata nuklir dan lebih dari 5 juta tentara yang ditempatkan di dalam dan luar negeri. Pakta Warsawa (1955-1991), perjanjian pertahanan militer bersama antara Uni Soviet, Albania, Bulgaria, Cekoslovakia, Jerman Timur, Hungaria, Polandia, dan Rumania turut mengukuhkan pengaruh Uni Soviet di kawasan timur Eropa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kekuatan Uni Soviet, dari teknologi, ilmu pengetahuan, hingga sumber daya manusia, membuatnya mampu bersaing sengit dengan Amerika Serikat.
Namun, pada hari Natal 25 Desember 1991, Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev mengejutkan dunia dengan pengumuman pengunduran dirinya dan pembubaran Uni Soviet.
Sejarah Runtuhnya Uni Soviet
Menyia-nyiakan Tren Minyak Demi Senjata
Pendahulu Mikhail Gorbachev, Lenoid Brezhnev, menyia-nyiakan kesempatan dari tren penjualan minyak selama 20 tahun demi menyeriusi perlombaan senjata dengan Amerika Serikat. Persaingan di industri senjata ini mendorong kemajuan pertahanan dan teknologi senjata Uni Soviet, namun tidak mendukung pertumbuhan standar hidup rakyat, seperti dikutip dari History.
Perekonomian Melemah
Ketika Mikhail Gorbachev menjadi presiden Uni Soviet pada tahun 1985, rupanya perekonomian dan sistem politik Uni Soviet di ambang keruntuhan. Warisan masalah negara dari aspek politik dan keuangan ini menyulitkan Gorbachev untuk membangkitkan kondisi Uni Soviet.
Uni Soviet juga mengalami kekurangan barang konsumsi berkepanjangan meskipun tercatat sebagai negara dengan kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia pada 1990. Kekurangan barang konsumsi ini membuat ekonomi pasar gelap Uni Soviet berkembang pesat sampai setara lebih dari 10 persen PDB resmi negara, merugikan perekonomiannya.
Di sisi lain, negara produsen minyak dan gas alam ini juga mengalami penurunan pemasukan karena terjunnya harga minyak. Agar rakyat tetap merasakan kenaikan upah, negara menambah pencetakan uang. Alhasil, Uni Soviet menderita inflasi.
Kebijakan Perestroika dan Glasnost
Mikhail Gorbachev mengusung kebijakan glasnost (keterbukaan) dan perestroika (keterbukaan). Semula, glasnost diharapkan dapat memicu dialog dan keterbukaan, sementara perestroika diharapkan memicu kebijakan pasar bebas semu bagi industri milik negara komunis ini.
Namun, sejarawan menilai kebijakan glasnost dan perestroika justru mempercepat pembubaran Uni Soviet. Kebijakan perestroika justru memicu sistem kapitalisme dan komunisme yang buruk. Sebab, penerapan perestroika saat itu menaikkan harga tanpa memperbaiki layanan yang disediakan sehingga dianggap hanya menguntungkan pemerintah.
Respons Pemerintah saat Insiden Nuklir Chernobyl
Setahun Gorbachev menjabat, terjadi ledakan di reaktor Unit 4 pembangkit listrik Chernobyl, Pryp'yat (kini Ukraina). Ledakan dan kebakaran pada 26 April 1986 ini juga menimbulkan bencana radioaktif setara 400 kali bom Hiroshima dan Nagasaki pada 1945 pada masyarakat Chernobyl.
Kendati berbahaya dan melanggar doktrin keterbukaan (glasnost), Mikhail Gorbachev memerintahkan staf pemerintahan untuk tidak menyebarkan informasi bencana nuklir tersebut ke masyarakat dan ke mancanegara. Pemerintah Uni Soviet juga menampik laporan berita dari blok Amerika Serikat sebagai gosip.
Peserta parade May Day tanggal 1 Mei di area terdampak juga tidak diinformasikan. Alhasil, warga Uni Soviet itu tetap melaksakan pawai dan selebrasi tanpa tahu akan terkena paparan radioaktif pasca ledakan Chernobyl.
Baru tanggal 14 Mei, 18 hari setelah bencana, petugas negara dapat menangani kebocoran radioaktif di Chernobyl, yang disusul pengakuan pemerintah. Dampak radiasi radioaktif pasca ledakan uap dan api di Chernobyl saat itu mulai dari kerusakan jaringan kulit, sel, dan organ tubuh hingga kematian.
Karena respons pada insiden tersebut, Uni Soviet kehilangan kepercayaan dari masyarakat dan mancanegara.
Beberapa dekade kemudian, Gorbachev mengatakan dalam peringatan bencana Chernobyl, "mungkin ketimbang kebijakan perestroika, Chernobyl mungkin adalah penyebab runtuhnya Uni Soviet sebenarnya 5 tahun kemudian."
Para Ahli Memperkuat Pertahanan Militer
Uni Soviet dinilai meningkatkan anggaran riset dan pengembangan militer serta pertahanan saat Ronald Reagan menjadi presiden Amerika Serikat. Anggaran militer dan pertahanan ini tidak seimbang dengan peningkatan kekuatan ekonomi.
Saat itu, Uni Soviet memiliki ahli teknologi dan calon wirausahawan yang dapat membantu Gorbachev meningkatkan perekonomian negaranya. Namun, para ahli lintas disiplin ini justru didorong pemerintah untuk memperkuat industri pertahanan saja.
Konflik Berkepanjangan
Sekitar 15,000 tentara Uni Soviet tewas dan ribuan terluka selama 10 tahun pendudukan di Afghanistan (1979-1989). Perang Moskow ini juga membuat lebih dari satu juta warga Afghanistan tewas dan lebih dari 4 juta orang mengungsi karena konflik.
Para tentara Uni Soviet mengeluhkan konflik berkepanjangan ini meskipun dibungkam pemerintah. Sebagian di antaranya merupakan tentara dari Asia Tengah, yang secara etnis dan agama justru lebih dekat dengan orang Afghanistan ketimbang Uni Soviet.
Konflik di Afghanistan ini lalu memicu demonstrasi di Ukraina dan separatisme negara-negara Baltik di bawah Uni Soviet. Alhasil, Estonia, Latvia, dan Lithuania merdeka pada 1990.
Masyarakat Mengenali Paham Barat
Glasnost (keterbukaan) memicu masyarakat Uni Soviet untuk menjelajahi paham Barat, mulai dari konsep, gagasan, ide, hingga produknya. Pada 1990, warga Uni Soviet kerap mengantri untuk membeli koran-koran liberal dan mengonsumsi bacaan tentang demokratisasi.
Menguatnya masyakarat dan dan runtuhnya kredibilitas pemerintah Uni Soviet tersebut lantas turut menjadi bagian sejarah runtuhnya Uni Soviet.
Negara komunis terbesar di dunia ini lalu pecah menjadi 15 negara republik independen. Uni Soviet yang runtuh membuat Amerika Serikat jadi satu-satunya negara adikuasa di dunia.
(twu/erd)