7 Penyebab Runtuhnya Kekaisaran Romawi: Kerajaan Saudara hingga Propaganda

ADVERTISEMENT

7 Penyebab Runtuhnya Kekaisaran Romawi: Kerajaan Saudara hingga Propaganda

Trisna Wulandari - detikEdu
Jumat, 17 Des 2021 10:00 WIB
Colloseum, peninggalan Kekaisaran Romawi dari tahun 72 M.
Colloseum, peninggalan Kekaisaran Romawi dari tahun 72 M. Apa penyebab runtuhnya Kekaisaran Romawi? Foto: Wikimedia Commons/Massimo Finizio
Jakarta -

Kekaisaran Romawi sempat berjaya dari Iberian Peninsula sampai Afrika Utara dan Mesopotamia. Dengan wilayah kekuasaan membentang dari Eurasia hingga Amerika, peradaban yang berkembang sejak tahun 27 SM ini merupakan salah satu kekaisaran yang terkuat sepanjang sejarah. Lalu, apa penyebab runtuhnya Kekaisaran Romawi?

Dikutip dari laman Stanford University, pemerintahan Romawi bahkan mampu memanipulasi rakyat, terutama petani, untuk bergabung dalam operasi militer untuk waktu yang lama. Kewajiban bagi rakyat itu ditutupi dengan dalih keharusan warga kekaisaran, dan diupah dengan bayaran murah uang maupun relasi.

Formasi kekuasaan di barat Mediterania juga memudahkan Kekaisaran Romawi menaklukkan penduduk tetangga satu per satu saat kerajaan-kerajaan yang lebih besar di timur Mediterania sibuk berperang satu sama lain.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kendati banyak perdebatan kapan tepat peradaban ini mulai runtuh, Kekaisaran Romawi diperkirakan sejarawan sudah mengalami kesulitan di akhir tahun 190 Masehi. Sebagian wilayah kerajaan runtuh di abad ke-5 M, sementara wilayah kerajaan bagian timur berlanjut hingga beberapa abad.

Penyebab Runtuhnya Kekaisaran Romawi

Pemecahan Pemerintahan

Pengaruh Romawi menurun di abad ke-3 saat Kaisar Diocletian memecah pemerintahan menjadi Kekaisaran Romawi Barat dan Kekaisaran Romawi Timur. Kekaisaran Barat beribu kota di Milan, Italia. Kekaisaran Timur beribu kota di Byzantium, yang kelak dikenal sebagai Konstantinopel.

ADVERTISEMENT

Pemecahan pemerintahan semula memudahkan kekaisaran berjalan. Dikutip dari History Extra, seiring waktu, kedua bagian Kekaisaran Romawi ini kesulitan bekerja sebagai sebuah kesatuan, termasuk dalam melawan ancaman eksternal dan bangsa lain.

Peradaban dan kekaisaran di timur terus berkembang, terutama secara finansial. Sementara itu, kekaisaran di barat kesulitan menghadapi masuknya bangsa Barbar, pengaruh Kristen, dan menegakkan hukum.

Masuknya Agama Kristen

Agama Kristen menjadi agama resmi di Romawi sekitar tahun 380. Kendati penyebar dan pemeluknya kelak mengalami persekusi, agama Romawi yang semula menyembah dewa dan kaisar pun ikut pudar.

Perang Saudara

Kekaisaran Romawi tidak jarang mengalami instabilitas politik. Pada abad ke-3, Kaisar Alexander Severus tewas oleh pasukannya sendiri saat kampanye. Kondisi politik di Romawi memicu perang saudara yang membuat puncak kepemimpinan cepat berganti.

Konflik dalam kekaisaran ini membuat pasukan Romawi yang semula terkenal menjadi kekurangan prajurit. Karena kesulitan merekrut prajurit, pemerintah merekrut tenaga dari luar kekaisaran seperti orang Goth dan barbar, yang kelak membelot dan menyerang balik pemerintah Romawi.

Kesulitan Ekonomi

Krisis keuangan karena pemborosan pemerintah dan perang memicu inflasi dan pajak tinggi. Kesulitan ini membuat banyak warga kabur ke pedesaan demi menghindari pajak.

Masalah di dalam negeri juga membuat Kekaisaran Romawi tidak segencar semula dalam menaklukkan daerah baru beserta penduduknya. Tenaga budak, yang semula diperoleh dari wilayah jajahan, menjadi tidak cukup untuk menopang sektor pertanian dan produksi komersil. Alhasil, Kekaisaran Romawi juga mengalami kemunduran di bidang perdagangan.

Korupsi

Korupsi di tubuh pemerintahan Kekaisaran Romawi menghasilkan lebih dari 20 kaisar hanya dalam 75 tahun. Untuk bisa menjabat dan berkuasa, para kaisar membayar pasukan pengaman Praetorian Guard, salah satunya untuk menewaskan calon kaisar lain. Senat Kekaisaran juga menerima suap sehingga tidak menindak apapun yang terjadi. Hal ini mendorong rakyat hilang kepercayaan pada pemimpinnya.

Propaganda Keruntuhan

Kaisar Theoderic dari Goth menggulingkan Kaisar Romawi Odoacer pada tahun 493. Dikutip dari Time, Theoderic terbukti lebih berhasil daripada Odoacer dalam menghidupkan kembali kekayaan Italia setelah kekacauan politik pada pertengahan abad ke-5. Wilayah Romawi Barat saat itu masih membentang di Kroasia modern, Serbia, dan Prancis.

Namun, kekuasaan Kekaisaran Romawi Barat di Italia kembali di bawah Odoacer dan Theoderic tidak punya hubungan baik dengan dengan Kekaisaran Romawi Timur di Konstantinopel. Saat Theoderic wafat pada tahun 526, orang-orang Romawi di Konstantinopel mulai mempertimbangkan kemungkinan untuk menyerang Italia.

Tulisan Chronicle oleh Marcellinus sekitar tahun 510 kelak menjadi penyebab menyebarnya isu runtuhnya Kekaisaran Romawi, terutama di barat. Karya tulis sejarah merupakan yang pertama mengklaim bahwa pemerintahan tersebut runtuh pada tahun 476. Marcellinus juga menyebut Odoacer sebagai raja Goth yang menyebabkan kehancuran kekaisaran, meskipun dia orang Romawi.

Propaganda ini berhasil membuat warga Kekaisaran Romawi Timur menyerang Italia pada tahun 535 dengan anggapan akan merebut kembali tanah mereka yang dikuasai orang Goth.

Perang Timur-Barat

Meskipun pasukan Justinian dari Kekaisaran Romawi Timur berhasil menggerakkan rakyat, perang di Italia baru berakhir pada tahun 562. Perang ini gagal menyatukan rakyat Barat-Timur, menghancurkan kota-kota, dan menewaskan penduduk Kekaisaran di Barat.

Pada tahun 560, penyebab Kekaisaran Romawi runtuh karena invasi di Barat dari Kekaisaran Romawi Timur sendiri. Kekaisaran Romawi Timur kelak bertahan sebagai Kekaisaran Byzantium hingga runtuh sekitar tahun 1453.




(twu/nwy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads