5 Penyebab Keruntuhan VOC, Apa Betul Utamanya karena Korupsi?

5 Penyebab Keruntuhan VOC, Apa Betul Utamanya karena Korupsi?

Trisna Wulandari - detikEdu
Minggu, 05 Des 2021 14:09 WIB
Galangan VOC
Galangan VOC di Jakarta, jejak kejayaan perdagangan VOC di wilayah jajahannya. Apa penyebab keruntuhan VOC? Foto: Rochelimit/Wikimedia Commons
Jakarta -

Seratus tahun pertama berdirinya VOC diisi dengan kesuksesan dari meraup untung di nusantara dan Asia. Manajemen VOC di bawah De Heren XVII berhasil mencetak laba yang berharga.

Kelak, di seratus tahun kedua pendiriannya, VOC mengalami kemunduran perlahan hingga bangkrut pada 1799. Apa penyebab keruntuhan VOC?

Penyebab Runtuhnya VOC

Tidak Sukses di Bidang Militer

Dikutip dari Kepulauan Rempah-Rempah oleh M. Adnan Amal, kesuksesan VOC di bidang niaga tidak berbanding lurus dengan kesuksesan di bidang militer terhadap bangsa lain.

Pasal 34 dan 35 hak oktroi menyatakan bahwa siapa pun kecuali VOC dilarang melayari lautan antara Tanjung Harapan sampai Selat Magellan. Tetapi kenyataannya, kapal-kapal Inggris, Portugis, dan Spanyol masih leluasa berlayar di perairan tanpa kontak senjata berarti.

Kesuksesan militer VOC menghadapi bangsa Eropa pesaing di antaranya hanya terjadi saat mengusir orang Portugis dari Maluku pada 1605. Tetapi keberhasilan ini sebagian besar dipengaruhi kekuatan pribumi di sana.

Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

Praktik korupsi jamak dilakukan pejabat rendah bergaji sekitar 16-24 gulden hingga pejabat puncak seperti gubernur jenderal yang bergaji sekitar 700 gulden. Sebagian besar gubernur jenderal menjadi orang kaya setelah berhenti dari VOC.

Contoh, Gubernur Jenderal Van Hoorn melakukan praktik nepotisme dengan menggantikan mertuanya, mantan Gubernur Jenderal Willem van Outhoorn pada 1794. Ia kembali ke Belanda sebagai jutawan dengan membawa lebih dari 10 juta gulden, kendati bergaji resmi sebagai gubernur jenderal 700 gulden per bulan.

Gubernur Kepulauan Ambon Alexander Cornabe juga melakukan praktik korupsi saat menjabat pada 1780-1793. Ia dinyatakan bersalah di Batavia atas ketekoran di pemeriksaan kas daerah. Saat menyerahkan kekuasaan kepada Inggris pada 1796, Cornabe juga mengambil uang pemerintahan sebesar 25.000 gulden.

Praktik korupsi di VOC juga mencakup penyelundupan barang ekspor, mark up nota pembelian, sogokan penerimaan pegawai, dan pembuatan laporan keuangan palsu. Praktik ini memicu istilah keruntuhan VOC sebagai Veergan Onder Coruptie (VOC), yang artinya "rontok karena korupsi".

Masalah Keuangan dan Kekuasaan

VOC harus mengalami banyak pengeluaran untuk biaya peperangan yang berlangsung lama, seperti perang melawan Sultan Hasanuddin dan pasukan Gowa. Perang dapat berlangsung bertahun-tahun karena terus mendapat perlawanan dari pribumi dan ulama. Peperangan tersebut, di samping soal komoditas rempah-rempah, juga terkait dengan kekuasaan wilayah dan orang pribumi yang dapat dipekerjakan dan dijadikan pasukan tambahan.

Daerah kekuasaan VOC yang luas juga berbuntut pada besarnya biaya gaji yang harus dibayar pada banyak karyawan di berbagai daerah jajahan. Sementara itu, pembayaran dividen bagi pemegang saham turut memberatkan setelah pemasukan VOC berkurang dari perdagangan sejak sekitar tahun 1780-an.

Persaingan Dagang

VOC juga kesulitan mempertahankan hegemoni dengan bertambahnya saingan dagang di Asia. Dua bangsa pesaing terbesar VOC saat itu adalah Inggris dengan East Indian Company dan Prancis.

Perubahan Politik di Belanda

Sistem monopoli yang dijalankan VOC sudah tidak sesuai dengan keadaan Hindia Belanda pada masa itu. Perubahan politik di Belanda dengan berdirinya Republik Bataaf (1795) yang demokratis dan liberal menganjurkan perdagangan bebas.

Kerugian VOC dari usaha dagang juga diperparah dengan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme di kalangan pejabatnya. Contoh, residen-residen Belanda memaksa rakyat untuk menyerahkan hasil produksi dengan harga rendah dan dijual pada VOC dengan harga tinggi. Kerugian yang dialami menyebabkan VOC tidak dapat lagi menyetor ke kas negeri Belanda.

Pemerintah kerajaan di bawah King William V kelak menilai VOC tidak perlu dipertahankan lagi. Berdasarkan Grondwet (UUD Republik Bataaf) pasal 249, tanggal 17 Maret 1799, dibentuk Dewan Penyantun Hak Milik Belanda di Asia untuk mengambil alih semua tanggung jawab dan utang VOC. Pengambilalihan VOC oleh kerajaan Belanda diumumkan secara resmi di Batavia, 8 Agustus 1799.

Pada 31 Desember 1799, VOC dinyatakan bangkrut dan dibubarkan, serta hak miliknya berada di bawah penguasaan kerajaan Belanda di Nederland. VOC bangkrut dengan utang 136,7 juta Gulden dan kekayaan berupa kantor dagang, gudang, benteng, kapal, serta daerah kekuasaan di Indonesia.

Nah, itu dia penyebab keruntuhan VOC yang berakhir tahun 1799. Selamat belajar, detikers!



Simak Video "Permintaan Maaf Belanda Atas Perbudakan Selama 250 Tahun"
[Gambas:Video 20detik]
(twu/nwy)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia