Menelan air ludah tetap tidak bisa menghilangkan haus, padahal 98 persen kandungannya adalah air. Mengapa demikian?
Ahli penyakit dalam Rumah Sakit Lenox Hill, New York, Dr. Len Horovitz, melansir dari Live Science mengatakan, air ludah jauh lebih pekat daripada air biasa. Di dalamnya juga terdapat protein dan enzim.
Alasan Air Ludah Tidak Menghilangkan Haus
Air tawar memiliki kandungan garam dan zat terlarut lainnya jauh lebih sedikit jika dibandingkan cairan dalam tubuh manusia. Sehingga, air tawar sangat menyegarkan saat diminum.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penyebab sensasi menyegarkan itu adalah osmosis, yakni fenomena air mengalir menuju konsentrasi lebih tinggi. Ketika kamu meminum zat yang kurang terkonsentrasi, maka tubuh akan menyerap cairan itu dan menjadi terhidrasi.
Sementara, saat kamu minum cairan dengan konsentrasi lebih tinggi, air dalam tubuh akan mengalir menuju zat tersebut. Inilah yang mendorong dehidrasi.
Cairan di banyak bagian tubuh manusia mempunyai kisaran konsentrasi garam seperti obat-obat di apotek, misalnya obat tetes mata atau semprotan hidung saline. Sedangkan air liur lebih terkonsentrasi daripada saline dan membuat kamu lebih haus saat menelannya.
Menelan air ludah tidak meredakan haus karena cairan dalam tubuh mengalir ke air liur yang terkonsentrasi, bukan sel-sel yang sedang dehidrasi. "Dengan kata lain, air ludah tidak cukup encer," kata Horovitz dikutip dari Love Science pada Jumat (12/11/2021).
Dia juga mengatakan, pada faktanya saat seseorang haus, air liur menjadi lebih pekat karena tubuh memiliki lebih sedikit cadangan air.
Namun, pada kasus di mana seseorang dehidrasi parah, petugas kesehatan akan memberikan cairan saline melalui infus. Ini terutama jika yang bersangkutan tidak dapat meminum cairan secara oral.
Menurut Horovitz, itu karena manusia terbuat dari garam. Larutan garam juga memastikan sel-sel tubuh tidak pecah. Ketika seseorang diberi air murni melalui infus, air itu akan mengalir ke sel yang terkonsentrasi. Jadi, ini bisa membuat sel membesar atau bahkan meletus.
Apabila dokter merawat pasien secara oral, maka mereka biasanya akan memberi air atau sesuatu yang mempunyai elektrolit.
Di samping itu, kata Horovitz, cara untuk melihat apakah seseorang mengalami dehidrasi bisa melalui urin. Saat kekurangan cairan, tubuh akan berada dalam mode survival atau bertahan serta menahan semua cairan. Ini artinya, urin akan jadi sangat pekat dan kurang encer.
Dia mengatakan, saat urin berwarna sangat gelap hingga bahkan seperti es teh, maka kemungkinan seseorang sangat dehidrasi. Sebaliknya, jika kuning pucat maka tubuh terhidrasi dengan baik.
Itulah alasan kenapa air ludah tidak dapat meredakan haus, meski sama-sama air. Bagaimana menurut detikers?
(nah/pay)