Vaksin Pfizer, Sinovac, dan AZ, Mana yang Paling Efektif? Ini Riset di Malaysia

ADVERTISEMENT

Vaksin Pfizer, Sinovac, dan AZ, Mana yang Paling Efektif? Ini Riset di Malaysia

Trisna Wulandari - detikEdu
Rabu, 29 Sep 2021 17:30 WIB
Vaksinasi Pfizer di Menara Bank Mega.
Vaksinasi Pfizer di Menara Bank Mega. Foto: Achmad Reyhan Dwianto/detikHealth
Jakarta -

Vaksin Pfizer-BioNTech, AstraZeneca, dan Sinovac merupakan vaksin yang beredar di Indonesia, Malaysia, China, Thailand, dan Brazil. Pada September 2021, Sinovac bahkan menyuplai 1,8 miliar dosis untuk China dan mancanegara. Di antara vaksin Pfizer-BioNTech, AstraZeneca, dan Sinovac, mana yang paling efektif?

Pemerintah Malaysia beserta Satgas COVID-19 dan Institute for Clinical Research, Malaysia melakukan penelitian terkait efektivitas proteksi vaksin yang beredar di negaranya. Sebagai informasi, sebanyak 58.7% dari 32 juta penduduk Malaysia telah divaksin dosis penuh, sementara 68.8% penduduk sudah mendapat vaksin dosis pertama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penelitian pemerintah Malaysia mendapati vaksin Sinovac sangat efektif dalam menghadapi gejala serius, kendati vaksin Pfizer-BioNTech dan AstraZeneca memperlihatkan proteksi lebih baik, seperti dilansir dari Reuters, Jumat (24/9/2021).

Penelitian tersebut menunjukkan, 0.011% dari 7.2 juta penerima vaksin Sinovac membutuhkan perawatan di intensive care units (ICU) setelah terkena infeksi COVID-19.

ADVERTISEMENT

Sementara itu, 0.002% dari 6.5 juta penerima vaksin Pfizer-BioNTech membutuhkan perawatan ICU setelah terkena infeksi COVID-19. Adapun sebanyak 0.001% dari 744,958 penerima vaksin AstraZeneca membutuhkan perawatan ICU setelah terkena infeksi COVID-19.

Direktur Institute for Clinical Research Kalaiarasu Peariasamy mengatakan, perbedaan demografi penerima vaksinasi ketiga merek tersebut bisa memengaruhi hasil penelitian. Ia menjelaskan, penerima vaksin AstraZeneca kebanyakan berusia dewasa muda, sementara penerima vaksin Pfizer dan Sinovac kebanyakan untuk masyarakat yang lebih rentan.

Kalaiarasu mengatakan, penerima vaksin AstraZeneca juga lebih sedikit di penelitian ini, yaitu sekitar 14,5 juta orang yang sudah divaksin dosis penuh. Untuk penerima vaksin AstraZeneca, lanjutnya, penelitian dilakukan lebih dari 5 bulan sejak 1 April 2021.

Kalaiarasu mengatakan, terlepas dari merek vaksinnya, vaksinasi terbukti mengurangi risiko infeksi COVID-19 yang membutuhkan perawatan ICU hingga 83%. Kalairasu mengatakan, vaksinasi juga mengurangi risiko kematian hingga 88%, berdasarkan penelitian terhadap 1,26 juta orang.

Kalaiarasu mengatakan, tingkat perawatan di ICU pada pasien COVID-19 yang telah divaksinasi dosis penuh hanya sekitar 0.0066%.

"Tingkat perawatan ICU setelah divaksinasi sangat rendah," katanya, Kamis (23/9/2021).

Ia menambahkan, tingkat kematian pada orang yang sudah divaksinasi penuh juga rendah, yaitu sekitar 0,01%. Mayoritas di antaranya, lanjut Kalaiarasu, adalah orang berusia di atas 60 tahun dengan komorbiditas.

Sebelumnya, pada Juli 2021, pemerintah Malaysia mengatakan akan berhenti mendistribusikan vaksin Sinovac setelah suplai habis. Alasannya, pemerintah Malaysia telah memiliki stok vaksin yang mencukupi dari produsen lain untuk program vaksinasi masyarakatnya.




(twu/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads