Adanya sistem tanam paksa
Luasnya daerah pendudukan Jepang di Indonesia menyebabkan Jepang membutuhkan tenaga kerja untuk membangun sarana pertahanan, seperti lapangan udara, gudang bawah tanah, jalan raya dan jembatan.
Akibatnya banyak rakyat Indonesia yang berasal dari desa-desa di Pulau Jawa dipekerjakan melalui sistem kerja paksa atau yang dikenal dengan Romusha.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Romusha mulai dilaksanakan sejak 1942-1945, untuk bekerja di wilayah Indonesia serta Asia Tenggara seperti Birma, Muangthai, Vietnam, Malaysia, dan Sarawak.
Awalnya Romusha dilakukan secara sukarela dengan tempat kerja tidak jauh dari tempat tinggal rakyat di desa. Namun, karena terdesak dalam perang Pasifik, akhirnya pengerahan tenaga kerja mulai disertai dengan paksaan.
Setiap kepala keluarga diwajibkan menyerahkan seorang anak lelakinya untuk berangkat menjadi Romusha. Saat bekerja, rakyat Indonesia diperlakukan kasar dengan pekerjaan sangat berat, sementara kebutuhan makanan yang didapatkan tidak sebanding.
Hal ini kemudian menjadikan banyak di antara Romusha Indonesia meninggal di tempat kerja karena sakit, kekurangan makan, kelelahan atau kecelakaan.
Menyerah kepada sekutu
Akhir tahun 1944, Jepang mulai terdesak dalam Perang Asia Timur Raya, bayang-bayang kekalahan Jepang mulai nampak karena seluruh garis pertahanan Jepang di Pasifik sudah hancur oleh serangan sekutu.
Tepat pada 6 dan 9 Agustus 1945 pukul 8.15 waktu Jepang, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki dari ketinggian hampir 10 ribu meter. Ratusan ribu orang meninggal seketika, sisanya terluka seumur hidup, dan hanya sedikit yang sanggup untuk bertahan.
Pengeboman tersebut melumpuhkan kondisi politik dan ekonomi Jepang, karena itu pada 14 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Kemudian tiga hari setelah itu yakni pada 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia berhasil memproklamasikan kemerdekaan.
(faz/pay)