Setiap anak memiliki kemajuan perkembangan yang berbeda-beda. Tumbuh kembang anak seperti tahapan berbicara menjadi hal yang harus diperhatikan oleh orang tua. Bagaimana jika anak mengalami keterlambatan bicara?
Keterlambatan bicara atau yang sering disebut speech delay merupakan gangguan komunikasi yang umum dialami oleh anak-anak dalam masa pertumbuhannya. Walaupun demikian, speech delay tidak boleh dibiarkan begitu saja.
Dilansir dari akun sosial media Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kemendikbudristek, speech delay yang dibiarkan akan berpengaruh pada kecerdasan dan perilaku anak di masa depan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Speech delay merupakan salah satu gangguan komunikasi yang wajar terjadi pada Si Kecil di masa pertumbuhannya. Namun jika hal ini dibiarkan, speech delay dapat menjadi gangguan serius yang berpengaruh pada kecerdasan dan juga perilaku Si Kecil di masa depan," tulis Direktorat PAUD seperti dikutip detikEdu, Selasa (17/8/2021).
Tanda-tanda speech delay dapat dilihat saat anak memasuki usia 15 bulan. Berikut cara mengidentifikasi gangguan keterlambatan berbicara yang terjadi pada anak:
1. Tidak mengoceh saat memasuki usia 15 bulan.
2. Anak tidak dapat mengucapkan kata yang jelas saat berusia 2 tahun.
3. Tidak mampu mengucapkan kalimat pendek ketika usianya 3 tahun.
4. Kesulitan mengikuti petunjuk.
5. Artikulasi atau pengucapan yang tidak jelas.
6. Sulit menyatukan kata-kata dalam sebuah kalimat.
Apabila anak terindikasi mengalami keterlambatan bicara, Direktorat PAUD membagikan beberapa hal yang harus dilakukan orang tua. Sebagai berikut:
1. Perhatikan gerak gerik anak
Ketika didapati tanda-tanda gejala keterlambatan bicara, maka orang tua dapat memperhatikan gerak gerik pada anak. Contohnya, jika anak memberikan lambaian tangan, orang tua dapat mengatakan "dadah". Pemberian respon ini dapat membantu melatih anak untuk menyampaikan apa yang mereka inginkan.
2. Sering ajak anak berbicara
Orang tua juga dapat mengajak anak berbicara meskipun sang buah hati belum mampu merespon dengan kata-katanya. Orang tua dapat memberikan cerita kepada anak, baik dari kejadian yang dialami atau membacakan cerita dari buku.
3. Beri respon menyenangkan saat mengajak anak berbicara
Saat anak mulai mengeluarkan kata-kata, orang tua dapat menunjukkan respon antusias. Orang tua juga tidak perlu langsung memberikan koreksi pada ejaan atau pengucapan yang dilakukan anak pada saat itu. Memberikan respon yang menyenangkan ini dapat memotivasi anak agar semangat berbicara.
4. Batasi penggunaan gawai pada anak
Kemampuan berbicara anak dapat dilatih dengan komunikasi dua arah. Sementara gawai tidak dapat memfasilitasi hal tersebut. Dalam beberapa penelitian, penggunaan gawai yang direkomendasikan pada anak pra sekolah hanya 2 jam dalam sehari.
5. Gunakan kosakata yang benar
Dalam memberikan stimulasi pada anak, orang tua dapat berbicara dengan kosakata yang benar. Artinya, orang tua tidak perlu mengikuti bahasa anak saat berbicara, seperti kata-kata cadel. Contohnya, ketika anak berkata "aku mau num tutu", orang tua dapat memberikan respon dengan mengatakan "Ooh, Hira mau minum susu".
6. Bawa anak ke dokter
Apabila dirasa anak mengalami keterlambatan bicara setelah dilakukan beberapa stimulasi tersebut, maka orang tua dapat membawanya ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Biasanya, dokter akan melakukan beberapa tes pada anak, seperti tes mendengar hingga terapi bicara.
(kri/lus)