Epidemiolog UGM Soroti Kenaikan Angka Positif Covid-19 yang Melonjak Drastis

ADVERTISEMENT

Epidemiolog UGM Soroti Kenaikan Angka Positif Covid-19 yang Melonjak Drastis

Fahri Zulfikar - detikEdu
Senin, 21 Jun 2021 16:40 WIB
Ilustrasi Pasien COVID-19
Foto: Fakhry/Infografis detikcom
Jakarta -

Kasus positif Covid-19 di Indonesia hingga Minggu (20/6), secara nasional telah bertambah 13.737 sehingga total kasus Covid-19 di menjadi 1.989.909. Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) turut menyoroti tren kenaikan yang signifikan ini yang bahkan menembus rekor harian di beberapa daerah.


Menurut epidemiolog UGM, Bayu Satria Wiratama, kenaikan tajam kasus positif virus corona bukan disebabkan varian baru saja, namun karena masyarakat abai akan protokol kesehatan seperti mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan membatasi mobilisasi.


Selain itu, pemerintah dinilai masih kurang dalam melaksanakan upaya pemeriksaan dini (testing), pelacakan (tracing) dan perawatan (treatment) atau dikenal dengan istilah 3T.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Kenaikan wajar karena 3T kurang dan masyarakatnya abai sama 5M," kata Bayu Satria dikutip dari laman resmi UGM, Senin (21/6).


Kenaikan itu juga turut dirasakan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), tempat kampus UGM. Pada Sabtu (19/6) lalu, corona di Yogya pecah rekor kasus harian yang bertambah hingga 638 kasus.

ADVERTISEMENT


Naiknya jumlah kasus Covid-19 akhir-akhir ini, menurut Bayu, menyebabkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) perlu dievaluasi apalagi masyarakat semakin abai akan protokol kesehatan.


"PPKM mikro harus dievaluasi. Jangan diperpanjang tanpa evaluasi apapun karena kita tidak tahu kendala apa yang menyebabkan gagalnya PPMKM mikro," tegasnya.


Tak hanya soal 5M yang tidak dijalankan masyarakat, Bayu juga menegaskan bahwa peran pemerintah soal melawan hoaks terhadap orang-orang yang suka menyebarkan informasi salah juga dinilai masih kurang.


Meski kenaikan kasus positif Covid-19 akhir-akhir ini tidak hanya terjadi di tanah air, namun Bayu tidak sependapat jika kenaikan di negara lain bisa menjadi alasan atas kenaikan kasus di Indonesia.


"Di Indonesia dari awal pemerintahnya tidak solid, 3T tidak merata dan cenderung kurang semua di banyak daerah. Lalu, masyarakat sering abai, kita lebih parah lagi," ungkapnya.


Disamping itu, Bayu Satria menilai varian baru bukan 100% penyebab utama dari naiknya kasus Covid-19 di tanah air, namun kombinasi antara protokol kesehatan yang dilanggar terus menerus melalui pelonggaran disertai adanya varian baru.


Bayu juga menyarankan kepada pemerintah pusat dan daerah jangan terburu-buru dalam mengambil suatu kebijakan. Sebab, menurutnya apapun kebijakan yang diambil harus dilakukan dengan mempertimbangkan data yang jelas.


"Harus ada dasar yang jelas dari data maupun lainnya termasuk aspek epidemiologinya. Yang sering terjadi adalah kebijakan diambil tanpa pertimbangan yang jelas kemudian tidak pernah dievaluasi," pungkasnya.


Hal itu disampaikan epidemiolog UGM dikarenakan munculnya wacana untuk melakukan lockdown untuk menekan laju kenaikan Covid-19.




(lus/lus)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads