Daftar Isi
Berlibur ke Sumba tak lengkap rasanya jika tak membawa oleh-oleh tenun khas. Tenun Sumba memiliki beragam motif dan harga yang berbeda-beda.
Setiap wilayah di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT), memiliki karakter tenun yang berbeda. Tenun Sumba Barat cenderung memakai motif-motif sederhana seperti garis, bentuk geometris, bunga, dan tumbuhan.
Sementara Tenun Sumba Timur dikenal lebih rumit, penuh detail, dan sering menghadirkan figur seperti kuda, kakatua, naga, dan buaya. Karena kerumitannya, tenun dari wilayah timur biasanya bernilai lebih tinggi. Banyak kain tua diwariskan turun-temurun dan diperlakukan sebagai pusaka keluarga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tenun Sumba adalah salah satu mahakarya tekstil Indonesia yang paling dikagumi dunia. Dikerjakan secara manual menggunakan alat tenun gedogan, sebagian kain bahkan dibuat mulai dari kapas mentah, dipintal menjadi benang, diberi warna alami, lalu dirangkai menjadi pola-pola sarat makna.
Tak heran jika banyak wisatawan penasaran, berapa harga kain tenun Sumba asli, dan mana yang cocok untuk oleh-oleh? Agar tidak salah beli, simak sejarah, ciri khas, filosofi motif, alasan harganya mahal, dan daftar harga kain tenun Sumba yang beredar di pasaran.
1. Sejarah Singkat Tenun Sumba
Tradisi menenun di Sumba telah ada sejak ratusan tahun lalu dan diwariskan turun-temurun oleh perempuan Sumba. Menenun bukan sekadar kegiatan ekonomi, tetapi bagian dari identitas budaya. Sejak bayi lahir hingga seseorang meninggal, masyarakat Sumba selalu "diikat" oleh kain tenun, dalam upacara adat, persembahan kepada leluhur, acara pernikahan, hingga ritual kematian.
Beberapa jenis tenun khas berasal dari wilayah berbeda:
a. Tenun Sumba Barat: corak sederhana dan statis, banyak menggunakan motif garis, geometris, bunga, atau tumbuhan.
b. Tenun Sumba Timur: lebih rumit dan dinamis, menampilkan motif kuda, burung kakatua, buaya, naga, hingga ayam. Tenun dari wilayah ini biasanya bernilai lebih tinggi karena tingkat detailnya.
Tenun Sumba telah lama menjadi simbol status, spiritualitas, dan penghormatan kepada leluhur. Beberapa kain tua bahkan disimpan sebagai pusaka keluarga.
2. Ciri Khas Tenun Sumba
Perajin menjajakan kain tenun ikat Sumba di Kampung Raja Prailiu, Waingapu, Sumba Timur, NTT, Rabu (23/7/2025). Kain tenun ikat Sumba yang dibuat dengan pewarna alami tersebut dijual dengan kisaran harga Rp4 juta-Rp25 juta tergantung dari tingkat kesulitan motifnya. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/rwa. Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga |
Tenun Sumba memiliki keunikan yang tidak bisa ditemukan di daerah lain:
a. Proses Pembuatan 42 Tahap
Mulai dari memisahkan biji kapas (lamihi), memintal benang, memberi warna alami, merancang motif, hingga menenun (wari rumata). Setiap lembar kain dikerjakan oleh 3-10 orang secara komunal.
b. Pewarna Alami
Menggunakan bahan tradisional seperti akar mengkudu, daun tarum (indigo), dan kulit kayu. Proses pewarnaan bisa memakan waktu berminggu-minggu agar warna meresap sempurna.
Kain tenun Sumba memiliki harga yang tinggi karena proses pembuatannya sangat panjang dan membutuhkan ketelitian luar biasa. Satu lembar kain bisa memakan waktu 6 bulan hingga 3 tahun, terutama bila motifnya rumit dan pewarnaannya memakai bahan alami.
Dalam pembuatannya, biasanya ada 3-10 pengrajin yang terlibat, mulai dari pencari kapas, pemintal, pembuat pewarna, hingga penenun utama. Bahan yang digunakan pun bukan bahan instan. Pewarna alami harus melalui proses fermentasi atau pelarutan yang panjang, dan tidak semua bahan tersedia sepanjang tahun. Selain itu, banyak motif yang memiliki nilai sakral dan hanya boleh dibuat oleh keluarga tertentu, sehingga ketersediaannya sangat terbatas.
Kain tenun yang sudah berusia puluhan tahun memiliki nilai jauh lebih tinggi karena dianggap memiliki kekuatan sejarah dan spiritual. Beberapa di antaranya bahkan menjadi koleksi museum atau pusaka keluarga yang tidak mudah dilepas begitu saja. Meski demikian, pengrajin kini juga membuat produk turunan seperti syal atau table runner yang lebih terjangkau untuk wisatawan.
c. Alat Tenun Gedogan
Penenun menggunakan alat sederhana yang hanya digerakkan oleh tangan dan tubuh penenun. Inilah yang membuat teksturnya khas, padat, dan bernyawa. Alat tenun gedogan adalah alat tenun tradisional Indonesia yang digunakan oleh banyak perempuan pengrajin, termasuk para penenun di Sumba.
Kata gedogan berasal dari bahasa daerah yang merujuk pada balok kayu atau pengganjal, yang dalam konteks menenun berfungsi sebagai pengait agar benang tetap tegang ketika ditarik oleh tubuh penenun.
d. Motif Besar & Berlapis
Tidak seperti tenun daerah lain, kain Sumba sering menampilkan motif besar yang penuh simbolisme, dikerjakan dengan detail tinggi.
3. Filosofi Motif Tenun Sumba
Setiap motif dalam tenun Sumba memiliki makna spiritual dan sosial yang sangat kuat. Beberapa motif paling terkenal antara lain:
a. Kuda: Melambangkan kepahlawanan, kebangsawanan, harga diri, dan kekuatan masyarakat Sumba yang hidup di alam keras.
b. Buaya atau Naga: Simbol kekuasaan, perlindungan, dan wibawa raja-raja Sumba.
c. Burung Kakaktua: Melambangkan persatuan dan kedamaian.
d. Ayam: Filsafat orang tua Sumba yang rela melindungi anak-anaknya seperti induk ayam.
e. Motif Bunga & Tumbuhan - Simbol kesuburan, kehidupan, dan hubungan manusia dengan alam.
Motif-motif ini tidak pernah digambar sembarangan-selalu disertai doa, harapan, dan makna mendalam yang diyakini masyarakat Sumba.
4. Kenapa Harga Tenun Sumba Mahal?
Harga tenun Sumba bisa tampak fantastis, mulai dari jutaan hingga ratusan juta. Alasannya:
a. Prosesnya Sangat Panjang
Untuk satu lembar kain, prosesnya bisa memakan waktu 6 bulan hingga 3 tahun, terutama jika motifnya rumit.
b. Dikerjakan Banyak Orang
Satu kain bisa dikerjakan oleh 3-10 pengrajin, dari pencari kapas, pemintal, pewarna, hingga penenun.
c. Menggunakan Bahan Alami
Warna alami lebih langka dan proses pembuatannya lebih rumit dibanding pewarna sintetis.
d. Motifnya Mempunyai Nilai Sakral
Motif tertentu hanya dikerjakan keluarga tertentu, atau diwariskan dari generasi ke generasi.
e. Kain Tua Bernilai Sangat Tinggi
Kain yang telah berumur puluhan tahun apalagi buatan leluhur bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah karena dianggap pusaka.
Meskipun begitu, ada juga produk turunan seperti syal atau table runner yang lebih terjangkau untuk oleh-oleh.
5. Katalog Harga Tenun Sumba (Kisaran Terbaru)
Kain Tenun Ikat Khas Sumba (Dok. Indonesia.go.id) Foto: Kain Tenun Ikat Khas Sumba (Dok. Indonesia.go.id) |
Berikut kisaran harga tenun Sumba asli yang beredar di pasaran. Harga bisa berbeda tergantung bahan, ukuran, kerumitan, dan usia kain.
- Kain Sumba - Kawuru Mahang (250 Γ 120 cm): sekitar Rp 9.000.000
- Syal Sumba - Kombu Patola Ratu (250 Γ 60 cm): sekitar Rp 5.000.000
- Sarung Sumba - Kombu Karihu (200 Γ 80 cm): sekitar Rp 5.200.000-Rp 6.500.000
- Kain Tenun Pahikung: sekitar Rp 2.000.000
- Sarung Sumba Asli + Selendang: sekitar Rp 2.200.000
- Sarung Tenun Ikat Sumba Termurah: sekitar Rp 4.500.000
- Kain Motif Bunga Bunga Raja: sekitar Rp 3.750.000
- Kain Sumba Dasar Putih: sekitar Rp 2.300.000
- Kain Sumba Kombu Searah: sekitar Rp 16.000.000
- Kain Sumba Kaliuda (Umur 20 Tahun): sekitar Rp 11.250.000
Untuk oleh-oleh, beberapa pengrajin juga menyediakan table runner dengan kisaran harga sekitar Rp 150.000-Rp 300.000, lebih terjangkau namun tetap menampilkan motif khas Sumba.
Kalau kamu berkunjung langsung ke Sumba, harga kain biasanya bisa lebih miring dan pengalaman melihat proses tenunnya akan membuatmu semakin menghargai setiap helai kain yang dihasilkan.
(nor/nor)












































