ASITA Pertanyakan Rencana Penutupan Wisata Taman Nasional Komodo

ASITA Pertanyakan Rencana Penutupan Wisata Taman Nasional Komodo

I Wayan Sui Suadnyana, Ambrosius Ardin - detikBali
Selasa, 16 Jul 2024 17:45 WIB
Delegasi AMMTC melakukan penanaman pohon di Taman Nasional Komodo
Foto: Delegasi AMMTC saat mengunjungi di Taman Nasional Komodo. (dok. Istimewa)
Manggarai Barat -

Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Manggarai Raya mempertanyakan alasan pemulihan kawasan Taman Nasional Komodo di balik rencana penutupan destinasi favorit tersebut untuk aktivitas wisata pada 2025. ASITA ingin mengetahui apa saja yang hendak dipulihkan dari rencana penutupan Taman Nasional Komodo.

"Artinya kalau memang bertahap untuk pemulihan, kami mau tahu yang mau dipulihkan itu apa, yang mau direhabilitasi itu apa, itu kan harus jelas sehingga masyarakat, juga kami pelaku pariwisata, bisa memaklumi dan itu dilakukan dengan benar," kata Ketua Asita Manggarai Raya, Evodius Gonsomer, melalui sambungan telepon, Selasa (16/7/2024).

Menurut Evo, alasan pemulihan Taman Nasional Komodo harus bisa dijelaskan dengan gamblang. Menurutnya, bisa saja alasan pemulihan hanya kedok untuk aktivitas pembangunan di dalam kawasan Taman Nasional Komodo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jangan gini, dia bikin tutup-tutup, tetapi untuk apa? Apakah untuk pembangunan? Ini yang tidak boleh. Supaya orang jangan bisa lihat pembangunan itu. Tetapi kan mau direhabilitasi, yang mau direhabilitasi apa?

Bagi Evo, kunjungan wisatawan ke Taman Nasional Komodo tak mengganggu biawak komodo, baik di Pulau Komodo, Pulau Rinca, dan pulau lainnya. "Kalau soal komodo-nya, wisatawan ke Pulau Komodo itu nggak ke Loh Liang (habitat komodo di Pulau Komodo), hanya dilihat di kolong, di pinggir pantai, kemarin saya baru dari sana, itu aja dilihat," ujarnya.

Evo menegaskan jika untuk pemulihan terumbu karang, maka menutup Taman Nasional Komodo akan berlangsung lama dan berdampak terhadap perekonomian masyarakat. Sebab, butuh waktu setidaknya 10 tahun untuk pemulihan terumbu karang rusak di Taman Nasional Komodo.

"Kalau yang dia pikirkan adalah terumbu karang ya silahkan. Mulai dari mana, apakah mampu dia lakukan. Dahulu TNC saja, betul dia lakukan, tetapi tidak segampang itu. Dia membutuhkan waktu puluhan tahun untuk pemulihan terumbu karang," ujar Evo.

Mengenai kerusakan terumbu karang, Evo menyoroti tidak ada penertiban mengenai kapal yang membuang jangkar untuk berlabuh. Kapal yang membuang jangkar untuk berlabuh itu seharusnya diawasi karena dikhawatirkan merusak terumbu karang.

"Memang kerusakan terumbu karang di kawasan itu sungguh luar biasa, siapa yang mampu memulihkan ini memperbaiki ini, kecuali tutup total untuk 10 tahun, tetapi luar biasa dampaknya hancur ekonominya mulai dari hotel, restoran," lanjut dia.

Evo mengatakan rencana penutupan bertahap untuk rehabilitasi Taman Nasional Komodo sudah pernah dibicarakan sebelumnya. Jika rencana itu terwujud, maka akan berdampak terhadap warga di Taman Nasional Komodo.

Warga di Taman Nasional Komodo bisa kehilangan pendapatan karena tak ada aktivitas wisata di sana. Evo pun mendorong pemerintah memberikan subsidi kepada masyarakat di Taman Nasional Komodo jika rencana penutupan kawasan itu jadi dilakukan.

"Baiknya kalau pemerintah mempersiapkan atau memberi subsidi ekonomi kepada masyarakat Pulau Komodo karena mereka sekarang ketergantungan dari aktivitas wisata di Pulau Komodo itu. Demikian juga di Pulau Rinca," kata Evo.

Evo juga menyesalkan rencana penutupan Taman Nasional Komodo terekspos ke publik. Rencana penutupan itu bisa berdampak terhadap industri pariwisata di Labuan Bajo. Apalagi ada rencana penerbangan dari luar negeri ke Labuan Bajo mulai September 2024.

"Kalau sampai ini terangkat ke atas walaupun sekadar wacana dia punya omong ini, apalagi benar. Ini baru wacana pelaku usaha itu mikir. Kajian-kajian, omong aja jangan diekspos dahulu karena berdampak," jelasnya.

"Ngomong saja Labuan Bajo ini kawasan Taman Nasional Komodo ini perlu direhabilitasi, jangan bilang penutupan. Karena ini kawasan yang menggerakkan roda perekonomian masyarakat. Bayangkan kalau itu ditutup walaupun sebagian, tetapi omong keluarnya ditutup, ini sungguh luar biasa dampaknya," tandas Evo.

Sebelumnya, Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) berencana menutup kawasan Taman Nasional Komodo dari aktivitas wisata. Belum diketahui aktivitas wisata di Taman Nasional Komodo bakal ditutup total atau pada hari tertentu saja.

BNTK sedang mengkaji rencana penutupan aktivitas wisata di Taman Nasional Komodo. Penutupan kunjungan wisatawan ke salah satu destinasi favorit di Indonesia itu ditargetkan terealisasi pada pertengah tahun depan.

"Tahun ini kajiannya selesai sehingga diharapkan pertengahan tahun depan sudah bisa diterapkan secara bertahap," ungkap Kepala BTNK Hendrikus Rani Siga, Senin (15/7/2024).

Hendrikus menegaskan tak menutup kemungkinan aktivitas wisata di Taman Nasional Komodo ditutup total. Semua tergantung hasil kajian dan tangan masyarakat serta pihak terkait lainnya.

"Tentu akan memperhatikan kebutuhan pengelolaan dan respons masyarakat, dimungkinkan akan ditutup total," ujar Hendrikus.




(iws/iws)

Hide Ads