UN Tourism Conference Bali Dorong Pemberdayaan Perempuan di Sektor Pariwisata

UN Tourism Conference Bali Dorong Pemberdayaan Perempuan di Sektor Pariwisata

Ni Made Lastri Karsiani Putri - detikBali
Kamis, 02 Mei 2024 18:57 WIB
Konferensi UN Tourism di Nusa Dua, Bali.
Konferensi UN Tourism di Nusa Dua, Bali. (Foto: Ni Made Lastri Karsiani Putri/detikBali)
Badung -

Perhelatan The 2nd UN Tourism Regional Conference on The Empowerment of Women in Tourism in Asia and the Pacific disebut mencetak sejarah. Sebab, menjadi tuan rumah roundtable discussion (diskusi meja bundar) menteri pariwisata perempuan yang pertama.

"Sungguh menggembirakan melihat seluruh subkawasan di Asia Timur, Pasifik dan Asia Selatan terwakili sepenuhnya," kata Direktur Regional Asia-Pasifik Badan Pariwisata PBB, Harry Hwang di Nusa Dua, Bali, Kamis (2/5/2026).

Menurutnya, Badan Pariwisata PBB akan menggunakan momen bersejarah tersebut untuk merayakan keberhasilan para menteri perempuan yang berkumpul tersebut, meskipun pihaknya tidak bisa melupakan fakta bahwa hanya 16% menteri pariwisata yang perempuan di kawasan Asia-Pasifik. Hal itu jugalah yang mendorong pihaknya untuk berupaya untuk memperjuangkan kesetaraan gender di sektor pariwisata.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami berharap bahwa pelajaran yang dapat dipetik dari roundtable discussion serta dari 3 diskusi panel akan membantu kita untuk mendobrak hambatan bagi generasi mendatang, dan menginspirasi semua perempuan muda yang hadir untuk memulai karir yang cemerlang di sektor pariwisata," sebutnya.

Menurutnya, UN Tourism (Badan Pariwisata PBB) membawa misi untuk mempromosikan pariwisata yang bertanggung jawab, berkelanjutan, dan dapat diakses secara universal. Berdasarkan agenda 2030 PBB bertujuan untuk pembangunan berkelanjutan (SDGs) dan kode etik pariwisata global, pihaknya memiliki tanggung jawab bersama untuk memastikan pariwisata memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan dan laki-laki.

ADVERTISEMENT

Serta berkontribusi terhadap pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan ke-5 yaitu, mencapai kesetaraan gender. Dia mendorong agar peserta UN Tourism Conference dapat memanfaatkan pemulihan ini untuk membalikkan dampak negatif pandemi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap kesetaraan gender.

Dia kemudian mengatakan untuk dapat mencapai hal-hal tersebut diperlukan upaya kolektif dan peningkatan kesadaran yang berkelanjutan. Serta serangkaian ide dan teknologi inovatif.

Di sisi lain Harry mengungkapkan setiap kali Badan Pariwisata Dunia PBB menyelenggarakan konferensi internasional di Bali, banyak delegasi yang membawa serta pasangan dan anggota keluarganya. Ini disebabkan oleh reputasi Pulau Bali yang menawan, memiliki salah satu budaya paling unik serta menawarkan infrastruktur luar biasa yang diimpikan setiap wisatawan.

"Kita semua berada di Pulau Dewata yang dikenal bahwa kita tidak perlu terapi, kita hanya perlu datang ke Bali. Banyak sekali quotes mengenai Bali dan salah satu favorit saya adalah ketika aku mengikuti kata hatiku, aku terbangun di Bali," akunya.

Jadi Katalisator Perubahan bagi Perempuan di Sektor Pariwisata

Konferensi regional itu juga diyakini akan menjadi katalisator perubahan yang berarti bagi perempuan dan pemberdayaan perempuan di sektor pariwisata. Hal ini disampaikan oleh Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo.

Menurutnya, pemberdayaan perempuan bukan sekedar soal pencapaian kesetaraan hingga hak asasi manusia. Namun, pemberdayaan perempuan menghasilkan manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan.

Dia menerangkan berdasarkan penelitian dari Dana Moneter Internasional (IMF), dengan mempersempit kesenjangan umum di pasar tenaga kerja dapat meningkatkan PDB di negara-negara pasar negara berkembang hampir 8%. Sedangkan keuntungan yang diperoleh dari pengurangan kesenjangan gender, hasilnya akan lebih besar lagi, yaitu meningkatkan PDB di negara-negara tersebut rata-rata 23%.

"Penelitian menunjukkan dengan memberdayakan perempuan, maka sama dengan solusi iklim yang lebih baik dengan peran penting mereka dalam mengelola, melestarikan dan memanfaatkan sumber daya alam," kata Angela.

Menurutnya hal ini juga mengurangi tingkat kemiskinan, mengurangi kerawanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan keluarga untuk komunitas yang lebih aman, sehat, dan tentunya negara. Dia juga mengungkapkan di tahun lalu, Indonesia berada di peringkat 87 dalam kesenjangan gender global yang menunjukkan Indonesia telah mencapai 69,7% kesetaraan gender.

"Namun, saya yakin kita bisa sepakat di sini bahwa kita masih perlu berbuat lebih banyak dalam upaya percepatan. Terutama melihat tantangan global yang berdampak pada negara-negara, kita perlu mulai memberdayakan separuh populasi sisanya," sebutnya.

Angela memandang pariwisata disebut sebagai salah satu jawaban atas kesenjangan ketidaksetaraan gender. Sebab, banyaknya peluang yang diberikan dan memberikan kesempatan bagi perempuan untuk berpartisipasi di sektor tersebut.

Meskipun partisipasi perempuan tinggi dalam pendidikan dan lapangan kerja, sambung Angela, perempuan cenderung bekerja pada pekerjaan yang kualitasnya lebih rendah dan lebih informal. Perempuan juga kurang terwakili dalam peran strategis dan kepemimpinan.

"Saya percaya pengurangan kesenjangan gender hanya bisa terjadi jika kita memiliki advokasi di tingkat tertinggi dan ada upaya yang sungguh-sungguh untuk mewujudkannya, karena kisah Ibu Kartini mengajarkan kita bahwa isu ketidaksetaraan gender berakar kuat pada struktur sosial dan kekuasaan," imbuhnya.




(dpw/dpw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads