Liang Langgo, Benteng Pertahanan Lawan Belanda di Labuan Bajo

Manggarai Barat

Liang Langgo, Benteng Pertahanan Lawan Belanda di Labuan Bajo

Ambrosius Ardin - detikBali
Minggu, 17 Mar 2024 16:48 WIB
Gua Liang Langgo di Desa Wisata Wae Lolos, Kecamatan Sano Nggoang, Manggarai Barat, NTT.
Gua Liang Langgo di Desa Wisata Wae Lolos, Kecamatan Sano Nggoang, Manggarai Barat, NTT. (Foto: Istimewa)
Manggarai Barat -

Desa Wisata Wae Lolos di Kecamatan Sano Nggoang, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), tak hanya menawarkan keindahan air terjun dengan ragam karakteristiknya. Di desa wisata 'Seribu Air Terjun' tersebut, wisatawan juga bisa menyusuri Liang Langgo, sebuah gua batu alam di Kampung Langgo, Desa Wae Lolos.

Liang Langgo memiliki kisah historis. Dahulu kala, Liang Langgo ini digunakan nenek moyang warga Langgo sebagai benteng pertahanan melawan penjajah Belanda. Leluhur Kampung Langgo juga menggunakan Liang Langgo sebagai tempat tinggal sementara kala berburu babi hutan dan rusa.

"Gua ini memendam kisah histori terkait leluhur orang Langgo dengan segala peradabannya di masa lalu," kata Ketua Kelompok Sadar Wisata Wae Lolos Robert Perkasa, Minggu (10/3/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Liang Langgo berada di tengah hutan, tak jauh dari air terjun Liang Langgo. Tinggi batu yang membentuk gua itu mencapai 10 meter. Bagian dalam gua berukuran 3x5 meter. Tinggi bagian dalam gua 1,5 meter. Bagian dalam gua bisa menampung belasan orang. Gua ini berjarak sekitar satu kilometer dari Kampung Langgo.

"Dahulu kala, gua batu ini merupakan benteng pertahanan nenek moyang warga masyarakat setempat. Pada zaman penjajahan Belanda, leluhur bersembunyi dan tinggal di situ. Di gua itu pula mereka menyusun strategi perang melawan penjajah. Jejak-jejak peradaban leluhur mereka di masa lampau masih tersirat jelas di gua batu tersebut," ujar Robert.

ADVERTISEMENT

Nenek moyang warga Langgo juga gemar berburu rusa, babi hutan, dan hewan lainnya untuk makanan sehari-hari. Selama berminggu-minggu berburu, mereka tidur di Liang Langgo itu. Daging hasil berburu diawetkan secara tradisional sebelum dibawa pulang ke rumah.

"Daging rusa, babi hutan hasil buruan diawetkan secara tradisional dengan cara cuing (pengasapan) di gua tersebut sebelum mereka kembali ke Kampung Langgo," terang Robert.

Liang Langgo berjarak sekitar 32 kilometer dari Labuan Bajo. Spot itu ditempuh sekitar satu jam perjalanan darat dari Labuan Bajo. Wisatawan bisa berkunjung ke sana sebelum atau sesudah mengunjungi Taman Nasional Komodo.

Selain Liang Langgo, wisatawan bisa menikmati keindahan banyak air tejun di Desa Wisata Wae Lolos. Spot yang ikonik adalah Air Terjun Cunca Ri'i. Spot wisata ini tergolong unik karena daya tariknya terletak pada kolamnya yang terletak di puncak air terjun tersebut.

Kolam air terjun lazimnya berada di dasar pancuran air, yang terbentuk dari air yang terjun dari ketinggian. Di Air Terjun Cunca Ri'i, kolamnya justru di "ubun-ubun" air terjun tersebut. Air yang memancur ke bawah berasal dari kolam tersebut.

Berada di ketinggian sekitar 30 meter di puncak air terjun, spot wisata itu kemudian dikenal sebagai "Kolam di Atas Awan" Dari kolam ini puncak-puncak bukit dan gunung di kejauhan terlihat setinggi spot wisata tersebut. Bentangan alam dengan pemandangan menakjubkan bisa dilihat sambil mandi atau duduk di pinggir kolam tersebut.

Wisatawan yang berkunjung ke desa wisata Wae Lolos dipungut tiket masuk. Yakni Rp 5.000 untuk wisatawan nusantara, dan Rp 10.000 untuk wisatawan mancanegara Rp 10.000. Jasa parkir kendaraan dipungut Rp 5.000 untuk sepeda motor, dan Rp 10.000 untuk mobil.




(dpw/nor)

Hide Ads