Aktivitas Pariwisata di Bali Tetap Normal Meski Siaga Darurat Bencana

Aktivitas Pariwisata di Bali Tetap Normal Meski Siaga Darurat Bencana

Ni Made Lastri Karsiani Putri - detikBali
Senin, 23 Okt 2023 21:44 WIB
Era kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia berkembang karena hubungan dagang. Sejak saat itu, muncul Istana Para Dewa di nusantara. Penasaran?
Salah satu ikon wisata di Bali. (Foto: Getty Images)
Denpasar -

Dinas Pariwisata Provinsi Bali memastikan aktivitas pariwisata di Bali tetap berjalan normal meskipun Pemprov Bali menetapkan status siaga darurat bencana kekeringan dan kebakaran selama 14 hari sejak 19 Oktobeer 2023.

Kepala Dinas Pariwisata Bali Tjok Bagus Pemayun mengungkapkan status siaga darurat bencana itu akan berlangsung hingga 1 November 2023. Pun begitu, tak ada larangan aktivitas selama masa siaga.

"Dalam status siaga darurat ini tidak ada larangan aktivitas apapun. Termasuk kedatangan PPLN dan aktivitas pariwisata tetap berjalan seperti biasa. Tapi, mari semua pihak tingkatkan kewaspadaan melalui perubahan ini," katanya dalam acara WBSU, Senin malam (23/10/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menuturkan, status siaga darurat tersebut sebagai langkah kesiapsiagaan untuk meminimalisir dampak yang terjadi serta mempermudah penanganan bencana jika diperlukan.Tjok Bagus menegaskan bahwa keadaan Bali saat ini masih terkendali.

Di sela-sela acara tersebut, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno pun menanyakan soal aman atau tidaknya untuk mengunjungi Bali dalam periode pekan ini.

ADVERTISEMENT

"Aman. Penerbangan lancar, pelabuhan juga lancar," ungkap Tjok.

Sebelumnya, Pemprov Bali menetapkan status siaga darurat bencana hingga 14 hari ke depan. Penetapan status itu berdasarkan eskalasi bencana kekeringan yang terjadi di Bali akhir-akhir ini.

"Kami sepakat untuk menetapkan 14 hari ke depan status kesiapsiagaan darurat bencana," ujar Penjabat (Pj) Gubernur Bali Sang Made Mahendra, Kamis (19/10/2023).

Mahendra dalam laporannya menjabarkan dampak iklim ekstrem di Bali periode Juli-Oktober 2023 mengakibatkan 113 banjar mengalami krisis air bersih. Selain itu, Pemprov Bali juga mencatat 10 kasus kebakaran hutan atau lahan (karhutla).

Adapun, karhutla tersebut terjadi di wilayah Buleleng, Karangasem, dan Bangli. Selain karhutla, sejumlah tempat pembuangan akhir (TPA) di Bali juga mengalami kebakaran, yakni TPA Suwung (Denpasar), TPA Mandung (Tabanan), dan TPA Temesi (Gianyar).

"Kami akan mempercepat upaya-upaya pemadaman api yang saat ini sedang terjadi, termasuk juga memberikan bantuan terhadap daerah-daerah dalam kondisi krisis air bersih atau kekeringan," imbuh Mahendra.




(dpw/hsa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads