Tarif menonton lumba-lumba di Pantai Lovina, Kabupaten Buleleng, Bali, akhirnya disepakati sebesar Rp 100 ribu per orang. Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Buleleng akan melakukan uji coba terlebih dahulu sebelum nantinya tarif ini diberlakukan secara permanen.
Kepala Dispar (Kadispar) Buleleng Gede Dody Sukma Oktiva mengatakan untuk menetapkan tarif standar menonton lumba-lumba, Dispar telah membentuk kelembagaan atau pengelola di lima titik masuk wisata menonton lumba-lumba di kawasan Pantai Lovina.
Kelima titik masuk tersebut meliputi Pantai Binaria (Patung dolpin), Pantai Celuk Agung, Pantai Kaliasem, Pantai Happy Tukadmungga, dan Pantai Penimbangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain membentuk pengelola, Dispar juga membentuk perhimpunan Watching Dolphin Buleleng. Perhimpunan tersebut beranggotakan pelaku usaha wisata lumba-lumba di kawasan Lovina.
Di mana berdasarkan hasil rembug bersama disepakati tiket menonton lumba-lumba sebesar Rp 100 ribu per orang. "Ini (Pengelola dan Perhimpunan) yang menyepakati. Jadi bukan kami pemerintah yang menetapkan tarif biar tidak salah. Ini menyepakati di semua entry point itu, itu harga untuk wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, itu Rp 100 ribu per orang," kata Gede Dody dikonfirmasi detikBali, Selasa (11/7/2023).
Tarif minimum ini ditetapkan agar tidak terlalu rendah. Sebab jika terlalu rendah dikhawatirkan akan mengurangi pelayanan terutama dari segi keamanan saat berwisata menonton lumba-lumba.
Selain itu, tarif ini juga ditetapkan agar tidak terjadi perang harga di antara para pelaku wisata lumba-lumba. Kendati demikian, tarif ini akan diuji coba terlebih dahulu sampai nantinya dievaluasi kembali pada September 2023.
"Ke depan kami akan pilah, nanti September akan kami evaluasi, bersama mereka tentang harga ini karena ada dorongan untuk mancanegara. Itu dibedakan karena kemampuan belinya lebih tinggi. Ini baru kami sosialisasikan, masih dalam proses edukasi dan sosialisasi," jelasnya.
Menurut Dody, tarif standar ini hanya akan diterapkan di tingkat pemandu wisata atau pelaku wisata menonton lumba-lumba (penyedia jukung). Tarif itu juga baru disepakati di titik masuk, belum termasuk di hotel.
"Ya silakan kalau mau di hotel menjadi Rp 200 ribu lebih bagus lagi. Sehingga nanti ke depan harapan kami di setiap posisi entry point sepakat jadi kuat. Dengan kuatnya itu sehingga jika dia jemput di hotel ya tetap harus di atas itu," tukasnya.
(nor/gsp)