Masyarakat (krama) Desa Adat Pacung, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, Bali, memiliki tradisi unik yang diadakan setiap tahun. Mereka mengadakan tradisi makan bersama layaknya megibung di pinggir jalan raya, yang dinamakan tradisi nasi blabar.
Tradisi ini dilaksanakan sehari sebelum nyepi adat di Desa Pacung, tepatnya saat tilem keenam, Jumat (23/12/2022). Nyepi adat dilaksanakan selama dua hari mulai Sabtu (24/12/2022) hingga Minggu (25/12/2022). Tradisi nasi blabar dilangsungkan di perempatan Desa Adat Pacung, tepatnya depan SDN (Sekolah Dasar Negeri) 1 Pacung.
Krama akan berjajar di pinggir jalan raya saling berhadapan untuk menikmati hidangan nasi blabar. Di mana sebelumnya krama ngayah (warga yang bertugas) telah menggelar alas yang terbuat dari daun kelapa, dan di atasnya dilapisi daun pisang sepanjang sekitar 100 meter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Besok Desa Adat Banyuning Gelar Nyepi Desa |
Tradisi nasi blabar ini diikuti semua krama tanpa terkecuali, baik laki-laki, perempuan, orang dewasa, maupun anak-anak. Mereka mulai berkumpul di perempatan desa sejak pukul 17.00 Wita. Setelah nasi dan lauk dibagikan, maka krama dipersilakan makan bersama.
Kelian Desa Adat Pacung Nengah Diuntara mengatakan, tradisi nasi blabar telah dilaksanakan turun temurun dan dresta yang diwariskan nenek moyang mereka. Nama nasi blabar dipakai karena cara menghidangkan nasi serta lauknya seperti air bah, yakni dari hulu ke hilir. Pada bagian hulu diisi linggih desa (tetua adat), kemudian krama desa hingga ke hilir.
"Tradisi nasi blabar ini diikuti semua krama lanang istri, termasuk anak-anak boleh, kalau memang beliau mau boleh, tapi yang desa negak harus, terutama sesuai dengan linggih desa dulu, baru dilanjutkan krama-krama lainnya," kata Nengah Diuntara di sela-sela tradisi.
Diuntara menambahkan, tradisi nasi blabar merupakan rangkaian dari prosesi nyepi adat di Desa Pacung. Pada saat nyepi adat, krama tidak diperbolehkan melaksanakan aktivitas. Begitupula bagi warga luar, juga tidak diperbolehkan masuk ke areal desa.
Namun ada pengecualian ketika ada keperluan mendesak, seperti sakit yang perlu berobat. Dengan catatan harus berkoordinasi dengan pihak desa adat, dalam hal ini kepada kelian desa adat.
"Kaitannya dengan nyepi desa anggaplah ini bersenang-senang, setelah selesai bekerja di kebun, sudah keliatan hasilnya, memaknai dengan makan bersama, besoknya dilaksanakan nyepi, di mana krama tidak beraktivitas. Ada tiga brata penyepian, pertama tidak bepergian, kedua tidak melakukan aktivitas, dan tidak mendengarkan bunyi-bunyian," katanya.
![]() |
Adapun hidangan atau lauk pauk yang dipakai dalam tradisi nasi blabar, di antaranya nasi, jukut/gulai ayam, dan urab ayam. Setiap krama juga diminta membawa sayung (semacam wadah yang terbuat dari daun lontar), yang nantinya digunakan sebagai wadah jukut ayam.
Aneka lauk tersebut, kata Diuntara, diperoleh dari hasil tabuh rah atau tradisi adu ayam. Di mana setiap krama negak yang berjumlah 40 orang, masing-masing menyiapkan ayam aduan. Apabila kalah, maka ayam tersebut digunakan sebagai bahan membuat lauk. Namun apabila imbang, ayam akan dikembalikan kepada masing-masing krama negak.
"Adapun rangkaian kegiatan hari ini, pertama krama mekarya di pura dalem, kemudian sangkep, setelah sangkep pencaruan di segara, setelah itu baru tabuh rah, dalam kegiatan tabuh rah ini ayam yang diadu semuanya masuk ke desa untuk kegiatan ini," jelasnya.
(irb/hsa)