Museum Subak Tabanan rupanya masih menjadi salah satu tempat yang dikunjungi wisatawan lokal maupun asing. Bahkan sepanjang 2022, jumlah kunjungannya berangsur meningkat setelah sempat drop akibat penerapan pembatasan aktivitas masyarakat.
"Sejak dibukanya penerbangan langsung oleh pemerintah pusat mulai ada peningkatan kembali," jelas Kepala UPTD Museum Subak Tabanan, Si Putu Putra Eka Santi, Jumat (23/12/2022).
Sebagai perbandingan, jumlah kunjungan pada 2020 lalu atau saat pandemi COVID-19 terjadi menurun drastis. Pada 2019 lalu jumlah kunjungan dalam setahun mencapai 6.080 orang yang terdiri dari 1.124 orang pengunjung asing dan 4.956 orang pengunjung lokal.
Namun pada 2020, jumlah kunjungan setahun menurun drastis menjadi 555 orang. Jumlah itu terdiri dari 192 orang pengunjung asing dan 353 orang pengunjung lokal.
Kemudian pada 2021, angka kunjungan tersebut berangsur meningkat menjadi 156 orang dalam setahun. Jumlah itu terdiri dari 19 orang pengunjung asing dan 137 orang pengunjung lokal.
Kini, menjelang akhir 2022, sampai dengan November 2022, jumlah kunjungan ke Museum Subak telah melampaui 1.000 orang. Tepatnya 1.275 orang yang terdiri dari 357 pengunjung asing dan 918 pengunjung lokal.
"Pengunjung lokal seperti para pelajar atau mahasiswa yang mendominasi," sebutnya.
Selebihnya para pengunjung asing dari sejumlah negara di benua Eropa. Seperti Jerman atau Belanda. Sebagian besar, menurut Eka Santi, para pengunjung asing tersebut memang memiliki ketertarikan untuk mengetahui secara mendalam sistem subak di Bali.
"Mereka khusus datang ke Museum Subak. Bahkan saat tutup kantor ada saja yang datang. Sehingga kami harus kembali ke kantor untuk membuka museum dan melayani mereka," sebutnya.
Sekadar diketahui, setiap Senin hingga Kamis, Museum Subak Tabanan buka mulai dari pukul 08.00 Wita hingga 15.30 Wita. Sementara pada Jumat, jam buka dari pukul 08.00 Wita hingga 12.30 Wita. Sabtu, Minggu, hari libur nasional, maupun hari suci Hindu, museum tersebut tutup.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
(nor/dpra)