Mengunjungi Air Terjun Rajapala di Pujungan Tabanan

Mengunjungi Air Terjun Rajapala di Pujungan Tabanan

Chairul Amri Simabur - detikBali
Minggu, 03 Jul 2022 23:05 WIB
Desa Pujungan, Tabanan, memiliki banyak singsing atau air terjun yang indah nan asri, terutama pada tebing di sepanjang Tukad Saba. Salah satunya air terjun Rajapala.
Desa Pujungan, Tabanan, memiliki banyak singsing atau air terjun yang indah nan asri, terutama pada tebing di sepanjang Tukad Saba. Salah satunya air terjun Rajapala. (Foto: Chairul Amri Simabur/detikBali)
Tabanan -

Desa Pujungan, Tabanan, memiliki banyak singsing atau air terjun yang indah nan asri, terutama pada tebing di sepanjang Tukad Saba. Mulai dari air terjun Blahmantung yang sudah populer sejak era 80-an, air terjun Dedari, serta yang paling anyar dan sedang ditata: air terjun Rajapala. Air terjun ini bakal dikembangkan untuk wisata spiritual.

Lantas, seperti apa keunikan air terjun Rajapala?

Bila disandingkan dengan dua air terjun lainnya, air terjun Rajapala memiliki keunikan tersendiri. Dari segi ketinggian, air terjun inilah yang paling tinggi yakni mencapai 70 meter. Sementara air terjun Blahmantung tingginya sekitar 45 meter dan air terjun Dedari sekitar 20 meter.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketinggian pada air terjun Rajapala terbagi lagi menjadi dua. Ini juga yang membuat air terjun Rajapala unik karena bertingkat. Tinggi air terjun di tingkat bawah sekitar 30 meter. Sedangkan yang di atas sekitar 40 meter.

Suasana di sekitar air terjun itu juga hening. Yang terdengar hanya curahan air terjun yang deras. Lantas bunyi gemericik air pada aliran Tukad Saba yang melintasi pintu air.

Pemandangan sekitarnya yang masih hijau juga memperkuat hawa kesejukan di tempat itu. Rencananya, air terjun Rajapala yang sekarang lagi ditata itu akan dikhususkan untuk wisata spiritual.

"Di atas (tingkat pertama) rencananya akan dijadikan tempat wisata spiritual," jelas anggota Kelompok Sadar Wisata atau Pokdarwis Desa Pujungan, I Made Wisnu Wijaya, Minggu (3/7/2022).

Tujuan menata air terjun Rajapala sebagai tempat wisata spiritual bukannya tanpa alasan. Di atas tingkat pertama terdapat belasan mata air.

Dari belasan mata air itu, lima di antaranya yang paling mudah diakses dan direncanakan sebagai tempat penglukatan atau ritual pembersihan secara niskala.

"Di atas juga ada bebaturan (tempat suci)," imbuhnya.

Menurut Wisnu, baik air terjun Dedari dan Rajapala sejatinya sama-sama ditata sejak 2020 lalu. Namun di tahun pertama, penataan fokus pada pembuatan akses jalan setapak menuju air terjun Dedari.

"Awalnya juga belum bisa diakses. Jalan kaki tidak bisa. Itu baru aksesnya. Menjelang akhir 2021, penataan akses menuju air terjun Rajapala dimulai," katanya.

Saat ini, sambung Wisnu, ada 121 pijakan yang tersedia menuju bagian atas air terjun Rajapala di tingkat pertama. Agar lebih aman, di pinggir jalan setapak juga dipasang pagar agar bisa dijadikan pegangan bagi pengunjung.

Lalu, mengapa namanya air terjun Rajapala? Apakah ada kaitannya dengan legenda Rajapala yang memperistri bidadari?

Wisnu mengaku pemberian nama air terjun Rajapala semata-mata agar terdengar lebih menarik. Semula, pilihan nama tertuju pada Dauh Saba yang berkaitan dengan wilayah air terjun tersebut. Namun setelah rembug dengan Ketua Pokdarwis Desa Pujungan, I Ketut Arta Sedana, nama itu kurang menarik.

"Kalau dibilang air terjun Dauh Saba kurang menarik (kedengarannya). Akhirnya kami sepakat memberi nama Singsing atau air terjun Rajapala," pungkasnya.

Lokasi air terjun Rajapala dan dua air terjun lainnya searah. Posisinya juga saling berdekatan dan berada pada aliran Tukad Saba yang airnya bersumber dari Gunung Batukaru dan hilirnya ada di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng.

"Biasanya Sabtu dan Minggu pagi, agak ramai yang berkunjung," kata Wisnu.

Akses menuju Air Terjun Rajapala

Untuk mencapai air terjun ini, pengunjung harus memasuki jalan semen dengan lebar kurang lebih lima meter. Akses utamanya ada setelah Jalan Tri Kahyangan yang menuju Pura Siwa dan Pura Malen bila datang dari arah Tabanan.

Begitu menjumpai jalan semen tersebut, pengunjung tinggal mengikuti alurnya hingga kurang lebih satu kilometer. Semakin ke dalam, lebar jalan akan semakin menyempit. Sehingga kendaraan roda empat sebaiknya diparkir sekitar 500 meter sebelum air terjun.

Di lokasi parkir, terdapat warung yang di halamannya berisi kolam. Di situ, pengunjung bisa berdonasi sebesar Rp 5 ribu. Untuk diketahui, air terjun tersebut dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) setempat.

"Kalau bawa motor masih bisa lebih dekat lagi mencapai lokasi air terjun ini. Tapi kalau pakai mobil sebaiknya diparkir di warung itu agar tidak kesulitan saat papasan atau mau balik," pungkasnya.




(iws/iws)

Hide Ads