Setiap daerah memiliki makanan khas yang disajikan hanya pada hari raya. Seperti lawar klungah yang menjadi salah satu sajian khas Hari Raya Galungan dan Kuningan. Namun, saat ini lawar klungah tidak hanya disajikan saat hari raya, sudah banyak warung makan yang menyediakan makanan ini.
Salah satunya warung milik Ni Ketut Juni Armini, pedagang kuliner khas Jembrana, Bali. Warung yang sudah berdiri sejak enam tahun lalu ini, menjual lawar klungah. Armini yang menjelaskan proses pembuatan lawar klungah, mengatakan, tidak semua kelapa muda bisa digunakan untuk lawar klungah. Bagian yang digunakan sebagai lawar adalah tempurung atau batoknya yang masih lentur. Bagian ini direbus hingga matang agar bisa dinikmati sebagai lawar. Lebih nikmat lagi, lawar klungah direbus dengan air kepala muda yang diambil klungahnya.
"Kalau saya buat lawar klungah airnya tidak dibuang, dibuat untuk lawar klungah. Kalau orang lain mungkin airnya dibuang," jelasnya. Salah satu manfaat dari merebus klungah dengan air kelapa muda, tidak perlu menambah gula saat mengolah klungah karena air kelapanya sudah manis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah proses perebusan, klungah yang sudah matang, yang dipencet terasa lembek, diangkat dan dicincang. Setelah dicincang, klungah diremas sampai airnya kering, selanjutnya diberikan bumbu lengkap agar rasanya lebih enak.
Menurutnya, lawar klungah bisa juga dicampur dengan daging, seperti ayam, sapi, dan daging lain sebagai pelengkap agar rasanya semakin nikmat. "Saya juga kasih daging pada klungah biar lebih enak. Tergantung selera daging yang mau dicampur klungah," imbuhnya.
Membuat klungah memerlukan waktu lama, bahan bakunya pun sulit didapat, sehingga membuat beberapa memilih untuk membelinya. Bahan dan proses pembuatan yang lama memengaruhi harga lawar klungah, bahkan bahan lawar klungah yang sudah dicincang harganya hingga Rp 60 ribu per kilogram.
Meski kini banyak dijual lawar klungah setengah jadi, salah satu warga yang ditemui detikBali, I Nengah Seraya, mengaku membuat lawar klungah sendiri. meski usianya sudah 81 tahun, warga Kelurahan Banjar Tengah, Kecamatan Negara, ini membuat sendiri lawar klungah setiap hari raya, baik Galungan maupun Kuningan. Menurutnya, proses pembuatan lawar klungah bisa mendekatkan anggota keluarga, seperti berkumpul bersama dan berbagi cerita. Ia menyontohkan, pada saat mencincang lawar atau disebut metektekan, semua anggota keluarga membantu sembari saling bercerita.
"Lawar klungah ini menciptakan rasa kangen kumpul dengan keluarga," ungkapnya.
(irb/irb)