Pantai Kuta di Kabupaten Badung, Bali, kini menjadi sorotan publik. Hal itu karena viralnya sebuah video bule yang mengaku tidak nyaman berada di sana.
Dalam video berdurasi sekitar 18 detik itu, perempuan yang belum diketahui identitasnya itu diduga mengeluhkan keberadaan pedagang asongan di area pantai yang terlalu memaksa dan cenderung melecehkannya.
Ia menyebut Kuta adalah yang terburuk. Ia bahkan menyatakan tak akan pernah lagi kembali ke Kuta, bahkan tidak akan pernah kembali ke Bali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam video menyebar di Instagram itu, si bule berbaju putih menyebut, "Kuta is the worst (Kuta adalah yang terburuk),"
"People are harassing you when you walk on the beach (orang orang melecehkanmu saat kamu berjalan di pantai)," kata dia.
Ia melanjutkan dengan berkata, "and It's annoying (dan itu mengganggu)."
Perempuan itu menyebut bahwa ia tidak mau lagi kembali ke Kuta. Ia bahkan menyebut bahwa ia tak mau lagi kembali ke Bali.
"I don't wanna come back to Kuta, or to Bali," tegasnya.
"It's terrible, It is really terrible (itu buruk, itu sangat buruk," ia menambahkan.
Di akhir video, perempuan berkacamata itu menyebut bahwa ia merasa beruntung karena ia akan pulang ke negaranya besok.
"I'm so glad that I am going home tomorrow (Saya beruntung karena saya akan pulang besok)," tutupnya.
Keluhan bule tersebut diduga terkait banyaknya pedagang pantai yang suka memaksa wisatawan berbelanja. Keluhan serupa memang kerap muncul, tak hanya dari wisatawan asing, tetapi juga dari wisatawan domestik bahkan warga lokal.
Tak hanya para pedagang resmi, belakangan juga banyak anak anak gelandangan dan pengemis (gepeng) berkedok pedagang tisu kerap memaksa wisatawan agar memberikan mereka uang. Para pedagang tisu yang cukup meresahkan itu tak hanya membanjiri Kuta, tetapi juga tempat tempat lain di wilayah Denpasar dan Badung.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno menyayangkan munculnya video yang viral tersebut. Terutama karena video itu justru muncul saat Bali baru saja berusaha bangkit dari keterpurukan selama dua tahun pandemi COVID-19.
"Untuk membangun kebangkitan pariwisata di Indonesia dan di Bali khususnya, perlu kerja keras. Tapi bisa jadi negatif dengan hal yang sangat simpel seperti itu," ujarnya kepada detikBali.
Sandiaga mengimbau kepada para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif untuk tetap menjaga keramah-tamahan khas Indonesia, sehingga wisatawan yang datang merasa aman dan nyaman menikmati wisata di Bali.
"Karena kalau dikejar-kejar seperti itu malah wisatawan tidak nyaman dan tidak akan kembali lagi," katanya, sembari menyebut pihaknya akan mengupayakan pelatihan bagi para pedagang pantai.
Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, menyesalkan adanya keluhan turis tersebut. Mendengar adanya keluhan wisatawan atas keberadaan pedagang di wilayah Pantai Kuta, tokoh Puri Ubud yang karib disapa Cok Ace itu langsung berkoordinasi dengan Bendesa Adat Kuta selaku pengelola pantai.
Cok Ace menyebut upaya penertiban terkait dengan keberadaan pedagang asongan yang memaksa wisatawan tersebut sudah sering sekali dilakukan, bahkan sebelum pandemi COVID-19.
"Selalu, selalu (akan ada upaya penertiban). Bahkan sebelum COVID-19 pun tindakan itu kita lakukan. Sekarang intens kita lakukan," jelas Cok Ace yang juga Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali itu.
Cok Ace meminta pelaku pariwisata untuk mencegah hal hal yang berpotensi menimbulkan kriminal dan gangguan kepada wisatawan.
"Pelaku pariwisata saya harapkan tidak saja mengamankan di wilayah kerjanya saja, tapi mari di lingkungan luar wilayah kerja juga kita ikut perhatikan kegiatan atau hal-hal yang berpotensi menimbulkan criminal dan gangguan kepada wisatawan, ataupun kepada masyarakat kita," harapnya.
(nke/nke)