Museum Manusia Purba di Gilimanuk, Ada Kerangka Manusia 2.000 Tahun

Museum Manusia Purba di Gilimanuk, Ada Kerangka Manusia 2.000 Tahun

I Ketut Suardika - detikBali
Sabtu, 16 Apr 2022 22:10 WIB
Koleksi Kerangka Manusia Purba di Museum Manusia Purba Gilimanuk, Kelurahan Gilimanuk, Kecamatan Melaya, (13/4/2022)
Koleksi Kerangka Manusia Purba di Museum Manusia Purba Gilimanuk, Kelurahan Gilimanuk, Kecamatan Melaya, (13/4/2022). Foto: I Ketut Suardika/DetikBali
Jembrana -

Museum Manusia Purba Gilimanuk adalah satu-satunya museum manusia purba di Bali. Menariknya, museum ini tidak hanya memiliki koleksi peninggalan berupa alat - alat yang digunakan untuk berburu oleh manusia jaman dulu. Tetapi, ada juga kerangka manusia purba yang sudah berusia dua ribu tahun lebih.

Museum yang berada di kawasan Teluk Gilimanuk, di Kelurahan Gilimanuk, sekitar 1 kilometer ke arah timur dari Pelabuhan Gilimanuk.

Museum ini juga berdiri di atas tanah yang diduga masih banyak tersimpan peninggalan manusia purba dan kerangka yang belum dieskavasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

DetikBali sempat mengunjungi museum ini. Ditemani Kadek Suartama, salah satu pegawai juru perawatan museum manusia purba, melihat langsung koleksi yang di dalam dua bangunan museum.

Sekilas mengenai museum, seperti yang tertulis di dinding museum, situs arkeologi Gilimanuk ditemukan oleh almarhum Prof. Dr. R.P Soejono pada tahun 1963. Lokasi terletak pada 8Β°10'1.26" LS dan 114Β°26'25.21" BT pada ketinggian 8 mdpl.

ADVERTISEMENT

Di sebelah Barat Daya terdapat pegunungan Prapat Agung, di sebelah Selatan terdapat rumah penduduk, di sebelah Timur terdapat areal hutan bakau dan sebelah Barat dibatasi oleh Selat Bali.

Situs ini merupakan pengembangan dari penelitian awal di situs Cekik pada tahun 1962.

Pantai Teluk Gilimanuk diduga merupakan tempat yang sangat baik untuk bermukim, karena letaknya terlindung dari gelombang besar dan merupakan daerah terbuka yang sangat luas.

Dugaan ini terbukti dengan ditemukannya periuk utuh dan fragmen tulang manusia pada dinding lapisan tanah yang terkena abrasi.

Berdasarkan bukti-bukti arkeologis tersebut, penelitian kualitatif dilakukan secara sistematis dan besar-besaran dengan melibatkan mahasiswa jurusan Arkeologi dari 3 universitas yaitu Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Udayana.

Pada tahun 1990 Pemerintah Kabupaten Jembrana bekerjasama dengan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Balai Arkeologi Bali dan Museum Bali membangun Museum Manusia Purba Gilimanuk yang bertujuan untuk menyelamatkan dan melestarikan situs arkeologi Gilimanuk.

Museum ini akan berfungsi multidimensional yaitu sebagai pusat dokumentasi budaya ,menyimpan dan memamerkan hasil penelitian arkeologi Gilimanuk, pusat penelitian arkeologi untuk penelitian dan pelatihan arkeologi, media pendidikan agar generasi sekarang mengenal jati diri, budaya dan sejarah, rekreasi dan sebagai pendorong pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat antara lain kreativitas seni lokal, cendera mata dan lain-lain.

Di samping itu, museum ini dapat dikembangkan menjadi Objek Daerah Tujuan Wisata (ODTW) bersama dengan Taman Nasional Bali Barat. Pelaksanaan fungsi tersebut memerlukan regulasi melalui Peraturan Daerah dari Pemerintah Kabupaten Jembrana untuk menetapkan Situs Gilimanuk sebagai cagar budaya, sesuai dengan Undang-Undang RI No. 11 Tahun 2010 tentang cagar budaya.

Mengenai koleksi museum penelitian di Situs Gilimanuk dari tahun 1963 sampai saat ini, telah menemukan ratusan rangka manusia dan sejumlah sarkofagus serta tempayan yang berfungsi sebagai wadah kubur.

Semua hasil - hasil eskavasi masih bisa di lihat di ruangan khusus yang disekat kaca di lantai satu museum utama.

"Ada juga koleksi yang dieskavasi dari kawasan ini dibawa ke museum Bali," jelasnya.

Selain itu, koleksi museum seperti yang tertulis di bagian informasi, terdapat juga temuan arkeologi lain berupa benda-benda yang menyertainya, seperti benda dari tanah liat bakar cawan, piring, cobek, angla, periuk, tatakan pertuk, mangkuk, tempayar, pedupaan, bandul, gelang, dan kend, manik-manik, kalsedon, emas, benda-benda perunggu gelang, anting, dan tajak, serta benda-benda besi seperti mata pisau, tombak, dan mata kaill, serta benda yang terbuat dari cangkang kerang yang dibuat gelang dan perhiasan.

Benda-benda tersebut ada yang berfungsi sebagai bekal kubur yang bersifat sakral. Ada juga yang berfungsi sebagai peralatan hidup sehari-hari. Ditemukan juga beberapa jenis tulang binatang anjing rusa, babi, unggas) dan moluska (hewan bercangkang) yang diduga sebagai sisa makanan.

Berdasarkan bukti-bukti tersebut, Situs Gilimanuk dapat dipastikan sebagai situs permukiman dan penguburan dalam satu lokasi atau nekropolis yang berasal dari masa akhir prasejarah (perundagian), sebelum masuknya pengaruh Hindu di Bali.

Sistem penguburan di Gilimanuk berupa penguburan primer tanpa wadah, primer dengan wadah sekunder tanpa wadah, dan sekunder dengan wadah.

Sistem penguburan dengan bekal kubur yang beraneka ragam, arah hadap, dan posisi tubuh saat dikuburkan menunjukkan bahwa masyarakat Gilimanuk telah mengenal organisasi sosial, status sosial, dan kepercayaan terhadap arwah leluhur yang dianggap mampu mempengaruhi kehidupan nyata. Oleh karena itu, upacara kematian menjadi hal yang penting bagi masyarakat Gilimanuk.

Selain museum utama, terdapat satu bangunan yang di dalamnya terdapat dua lubang kubur yang berisi kerangka manusia purba yang masih dibawah tanah.

Museum terbuka ini, sebagai media pembelajaran agar pengunjung bisa melihat langsung kondisi manusia purba di kubur.

Dalam kawasan museum, juga terdapat patok sebagai tanda bahwa dibawahnya, sekitar 2 meter di bawah tanah masih ada kerangka manusia dan peninggalan yang belum dieskavasi.

"Kunjungan masih minim, apalagi saat ini masih pandemi. Biasanya yang datang untuk belajar dan para peneliti dari sejumlah universitas di Indonesia," katanya.




(kws/kws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads