Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali terobsesi membangun transportasi publik berupa lintas raya terpadu atau light rail transit (LRT). LRT merupakan moda transportasi berupa kereta dengan konstruksi ringan.
Rencana pengembangan transportasi publik itu bahkan sudah dibahas Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) atau Bappenas. Bahkan, proyek itu disebut-sebut mendapat sejumlah bantuan dari luar negeri.
Adapun Pemerintah Korea kabarnya membantu melakukan feasibility study atau analisis kelayakan proyek yang disebut mencapai Rp 10 triliun tersebut. Terbaru, Pemerintah Inggris juga menyatakan dukungannya untuk bekerja sama dengan Pemprov Bali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang jelas, dari hasil yang keluar perkiraan itu anggaran Rp 10 triliun, untuk pembiayaan infrastruktur dan prasarananya," ujar Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Bali IGW Samsi Gunarta kepada detikBali, Kamis (11/5/2023).
Dishub akan mendorong percepatan kajian kelayakan proyek. Setelah itu, barulah disiapkan pendanaannya.
Samsi menyebut jika anggaran tersebut terbilang besar jika harus diongkosi dari APBD Bali. Karenanya, pendanaan proyek tersebut tidak akan sepenuhnya mengandalkan APBD. "Kami (Bali) nggak akan kuat untuk membiayai proyek kereta LRT ini," terang dia.
Adapun, untuk tahap awal, rute LRT Bali disiapkan dari Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali menuju objek wisata utama di Kabupaten Badung. Selanjutnya, rute akan dikembangkan menuju seluruh wilayah di Bali.
Samsi menyebut Pemprov Bali lebih memilih membangun LRT ketimbang moda transportasi umum lainnya. Alasannya, karena Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali tidak memiliki akses yang mudah untuk wisatawan menuju tempat wisata.
"Yang pertama, kita (Bali) nggak punya akses. Kedua, kalau kita terus-terusan bergantung pada kendaraan pribadi di jalan, ya nggak bisa (macet)," imbuhnya.
Samsi pun berharap LRT Bali akan terealisasi dengan cepat dan beroperasi pada 2027 mendatang. LRT merupakan moda transportasi berupa kereta dengan konstruksi ringan.
Terkait rencana ini, Gubernur Bali Wayan Koster telah bertemu dengan Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins di Gedung Jayasabha, Denpasar, Kamis 11/5/2023).
Koster menyebut rencana pembangunan LRT berkaitan dengan implementasi kebijakan energi bersih. "Kami memang mengarah ke situ," kata Koster, Kamis.
Adapun, LRT itu rencananya menghubungkan bandara dengan kawasan wisata utama di Badung. Koster mengaku akan menindaklanjuti hasil pertemuan dengan Jenkins terkait rencana pembangunan LRT Bali.
"Saya merespons apa yang beliau sampaikan tadi mengenai kerja sama yang akan dilanjutkan, serta kerja sama dalam bidang-bidang tertentu yang akan ditindaklanjuti oleh tim Pemprov Bali dengan tim dari Kedutaan," imbuh Koster.
Ia mengatakan Inggris berkomitmen membangun kerja sama dengan Pemprov Bali, terutama terkait transportasi listrik.
"Inggris juga ingin menawarkan keahlian dalam sektor energi bersih dan juga energi terbaru kami. Rencana seperti ini sangat sesuai dengan Pemprov Bali dan kami berharap bisa ditindaklanjuti," kata Jenkins.
Menurut Jenkins, proyek LRT adalah salah satu bidang keahlian yang dapat ditawarkan Inggris. "Seiring dengan dukungan berkelanjutan kami terhadap efektivitas bus Transjakarta," lanjutnya.
Untuk diketahui, kunjungan Jenkins ke rumah jabatan Gubernur Bali menjadi kunjungan resmi terakhirnya di Pulau Dewata seiring dengan habisnya masa jabatan Jekins sebagai Dubes Inggris. Karenanya, ia menyampaikan perpisahan dan mengucapkan terima kasihnya kepada mitra di Bali.
Selain menemui Koster, Jenkins juga berencana bertemu Wali Kota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara. Pertemuan itu akan dilangsungkan di kantor wali kota Jalan Gajah Mada, Denpasar.
"Saya sangat senang bertemu Gubernur dan Wali Kota lagi untuk membahas bagaimana kami dapat meningkatkan kerja sama di berbagai bidang, seperti pariwisata, pendidikan, dan keterampilan, digital, dan pengelolaan limbah," tutur Jenkins.
Kunjungan itu, sambung dia, juga akan menjadi kunjungan resmi terakhirnya ke Pulau Dewata.
(efr/iws)