Striker asing Arema FC, Abel Camara menceritakan kesaksiannya saat tragedi Kanjuruhan yang menewaskan ratusan suporter. Abel mengaku menyaksikan langsung korban-korban dibawa di ruang ganti dan menghembuskan napas terakhir di sana.
"Ini adalah derby yang sangat lama dan selama seminggu sudah terasa di seluruh kota bahwa itu adalah pertandingan dengan lebih dari tiga poin. Mereka bilang ini adalah permainan hidup dan mati, bahwa kita bisa kalah di setiap pertandingan kecuali yang ini. Atmosfernya tegang," kata Camara, dilansir dari Mais Futebol.
"Setelah kami kalah, kami pergi untuk meminta maaf kepada para penggemar. Mereka mulai memanjat pagar, kami pergi ke ruang ganti. Sejak saat itu kami mulai mendengar tembakan, mendorong," penyerang asal Portugal-Guinea itu menambahkan.
"Kami memiliki orang-orang di dalam ruang ganti yang terkena gas air mata dan meninggal tepat di depan kami. Kami memiliki sekitar tujuh atau delapan orang tewas di ruang ganti. Kami harus tinggal di sana selama empat jam sebelum mereka berhasil mendorong semua orang menjauh."
"Ketika kami pergi, ketika semuanya lebih tenang, ada darah, sepatu kets, pakaian di seluruh aula stadion. Ketika kami meninggalkan stadion dengan bus, ada mobil sipil dan polisi yang terbakar, tetapi kami memiliki perjalanan yang mulus ke pusat pelatihan kami, mengambil mobil dan pulang. Sekarang kami berada di rumah, menunggu untuk melihat apa yang akan terjadi," demikian kata Abel Camara.
Seperti diketahui, Laga Liga 1 antara Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022) malam WIB, berakhir tragis. Bentrokan terjadi antara fans yang masuk ke lapangan dengan aparat yang mencoba membubarkan kerumunan.
125 kematian terkonfirmasi dalam Tragedi Kanjuruhan. Insiden ini pun menjadi duka sepakbola nasional dan menarik perhatian internasional.
Kesaksian Aremania saat Kerusuhan Pecah
Kerusuhan maut dalam laga Arema FC Vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang menyisakan duka mendalam di dunia sepabola Indonesia dan dunia. Ratusan supporter Arema FC menjadi korban tewas dan luka-luka.
Dikutip dari detikJatim, salah satu Aremania, Rangga menceritakan kesaksian detik-detik kerusuhan pecah di Stadion Kanjuruhan. Rangga mengatakan bahwa selama berjalannya pertandingan situasi di stadion sebenarnya kondusif. Tapi suasana itu berubah setelah peluit panjang tanda akhir pertandingan dibunyikan.
"Saat itu, pemain Persebaya langsung masuk ke dalam ruangan, tidak ada yang tersisa di lapangan. Sedangkan pemain Arema FC terdiam lemas di tengah lapangan," ujar pemuda asal Kelurahan Sumbersari, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang itu kepada detikJatim, Minggu (2/10/2022).
Cerita lengkap klik halaman selanjutnya
Simak Video "Video: Polisi Kerahkan 2.024 Personel untuk Amankan Laga Persib Vs Persebaya "
(nor/iws)