Partisipasi pemilih pada Pilkada 2024 di Bali, tak mencapai target 75 persen. Kualitas pasangan calon (paslon) menjadi salah satu penyebab rendahnya partisipasi pemilih.
"Untuk pilkada ini ada beberapa faktor (rendahnya partisipasi), tapi yang paling dominan itu kualitas paslon," ujar pengamat politik dari Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) I Nyoman Subanda kepada detikBali, Kamis (5/12/2024).
Menurutnya, para paslon tidak mendapatkan respons yang baik dari masyarakat. Sementara, paslon petahana baik di provinsi maupun tingkat daerah dibayangi ketidakpuasan masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sedangkan pendatang baru belum mampu meyakinkan pemilih bahwa yang bersangkutan menjadi alternatif untuk menggantikan petahana," jelas dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Undiknas itu.
Subanda menuturkan bahwa hal itu seharusnya menjadi tanggung jawab partai yang tidak memberikan calon yang memiliki elektabilitas tinggi dan diterima masyarakat.
"Saya lihat detik-detik terakhir mereka baru menentukan paslonnya, baik itu incumbent maupun newcomer. Artinya tidak banyak kesempatan untuk menyosialisasikan paslonnya," tutur Subanda.
Alhasil, paslon tidak dapat memaksimalkan momentumnya untuk dikenali lebih dalam oleh masyarakat. Padahal, lanjut dia, karakter masyarakat Bali adalah pemilih nasionalisme bukan ideologis. Jika memilih golput pun masyarakat tetapi hormat kepada kebijakan pemerintah.
"Jadi golput ideologis itu nggak ada, saya melihat cenderung turunnya partisipasi itu karena politik, politik itu karena paslon," tandas Subanda.
Sebelumnya, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Bali mengungkapkan partisipasi pemilih saat Pilkada 2024 tidak mencapai target, hanya 71,9 persen. KPU Bali sebelumnya menargetkan partisipasi pemilih bisa mencapai 75 persen. Partisipasi terendah ada di Kota Denpasar, hanya 59 persen.
"Nggak (capai target), kita di angka 71,9 persen. Tapi masih di rata-rata tingkat paritisipasi pemilih, tren seperti itu," ujar komisioner KPU Bali I Gede John Darmawan, Rabu (4/12/2024).
John menjelaskan tren partisipasi pemilih setiap pilkada di tingkat provinsi sekitar angka 71-74 persen. Dia menegaskan KPU akan mengevaluasi apa yang menjadi penyebab partisipasi pemilih di Bali tak mencapai 75 persen.
(dpw/dpw)