Isu intimidasi dalam pelaksanaan Pilbup Tabanan 2024 menjadi salah satu topik hangat yang dibahas dalam debat terbuka ketiga di Bali Sunsetroad Convention Center (BSCC), Denpasar, Rabu (20/11/2024). Debat mempertemukan pasangan calon (paslon) nomor urut 1, I Nyoman Mulyadi-I Nyoman Ardika, yang diusung KIM Plus, dengan paslon nomor urut 2, I Komang Gede Sanjaya-I Made Dirga, yang didukung PDI Perjuangan.
Dalam sesi tanya jawab, I Nyoman Ardika menyoroti adanya dugaan intimidasi terhadap masyarakat, termasuk pengerahan pegawai dan guru, yang diarahkan untuk mendukung paslon tertentu.
"Adanya ancaman baik pegawai termasuk kepala sekolah dan guru-guru yang berbeda pilihan politik. Adanya dana hibah digunakan sebagai alat untuk menyandera. Kita lihat di Tabanan menggunakan atribut warna mengarah ke partai tertentu, mohon pencerahannya," kata Ardika.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menanggapi hal tersebut, Gede Sanjaya membantah tudingan itu. Ia menegaskan tidak pernah ada intimidasi atau pengerahan pegawai dalam konteks politik di Tabanan.
"Selama ini baik-baik saja. Tidak pernah ada yang disangkakan ada intimidasi, pengerahan guru, pegawai dan lainnya. Itu kan sugestif," tegas Sanjaya.
Sanjaya menjelaskan bahwa setiap pelanggaran politik diawasi oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan lembaga terkait. Ia juga mengajak masyarakat untuk fokus pada visi-misi kandidat dalam memilih pemimpin.
"Silakan mendengarkan visi-misi para calon agar masyarakat tahu siapa yang mampu memimpin Tabanan ke depan," tambahnya.
Ia juga menekankan pentingnya memilih pemimpin yang bisa membawa kesejahteraan. Kabupaten Tabanan dengan 460 ribu jiwa membutuhkan perhatian dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan jaminan sosial.
"Menuju era baru yang aman unggul dan madani tanpa ada tekanan pihak yang lain," ucapnya.
Mulyadi Klaim Punya Bukti Intimidasi
Menanggapi bantahan Sanjaya, Nyoman Mulyadi mengeklaim pihaknya memiliki bukti adanya intimidasi dalam Pilbup dan Pilkada 2024 di Tabanan.
"Pada kenyataannya kami bicara di sini punya dua alat bukti. Ada bukti rekaman kepala desa mengintimidasi masyarakatnya terutama anak-anak muda," timpal Mulyadi.
Ia berharap praktik intimidasi tersebut tidak terulang di masa depan dan mengajak semua pihak menjaga demokrasi yang bersih di Tabanan.
"Mudah-mudahan ke depan tidak seperti itu lagi Pak Komang, ya. Kami mohon dengan baik, kami kasihan kepada masyarakat Tabanan, polos-polos. Mari kita jaga, jangan cederai demokrasi yang baik ini," pungkasnya.
(dpw/dpw)