Calon gubernur Bali nomor urut 2 Wayan Koster mengungkapkan beragam permasalahan yang dihadapi Bali saat ini. Hal itu disampaikan Koster saat mengikuti uji publik di Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja, Rabu (6/11/2024).
Koster mengatakan permasalahan Bali yang pertama adalah masalah ekosistem alam Bali yang mencangkup maraknya alih fungsi lahan produktif, volume sampah yang meningkat, hingga ketersediaan air bersih. Di sisi lain kemacetan di Bali juga menjadi permasalahan krusial yang dihadapi Pulau Seribu Pura saat ini.
"Kemudian ada macet, meningkatnya pelaku usaha luar yang menggunakan nama lokal Bali nominee, itu nggak bagus," kata Koster.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Koster melanjutkan maraknya migrasi penduduk Bali ke wilayah Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan) menjadi permasalahan sosial yang terjadi saat ini. Masyarakat, kata Koster, memilih bermigrasi ke wilayah Sarbagita karena dinilai lebih maju dari pada wilayah lain di Bali. Tujuannya untuk mencari pekerjaan.
Di sisi lain, Koster menyebut banyak wisatawan yang bekerja di Bali. Hal ini membuat kesempatan masyarakat Bali untuk membuka usaha menjadi berkurang.
"Selanjutnya berkurangnya kesempatan berusaha masyarakat Bali, karena banyak wisatawan yang tidak berwisata tapi bekerja di Bali. Ada yang sewa mobil, sewa sepeda motor, melatih yoga, menari, tenis, macam-macam. Ini harus kami tertibkan, kemudian juga munculnya masalah terhadap budaya yang betul-betul menjadi ancaman kita," jelasnya.
Sebut Nyoman-Ketut Terancam Punah
Koster menyebut orang Bali dengan nama nyoman dan ketut kini terancam punah. Ia awalnya mengungkapkan bahwa penduduk Bali saat ini mencapai 4,4 juta jiwa. Indeks pertumbuhan penduduk Bali sebelumnya meningkat pada tahun 2020 yakni sebesar 1,01 persen di bawah pertumbuhan penduduk nasional 1,2 persen.
"Sekarang pertumbuhannya menurun lagi menjadi 0,67 persen ini harus kita waspadai populasi penduduk Bali cenderung menurun. Hati-hati kalau terus ini kita biarkan, tidak kita antisipasi, kita biarkan lama-kelamaan penduduk Bali makin menurun," katanya.
Koster mengatakan hal tersebut hal tersebut sangat mengkhawatirkan. Ia pun meminta agar warga Bali waspada, terlebih nama orang Bali Nyoman dan Ketut kini hampir punah.
Ia menyebut orang Bali dengan nama Ketut kini hanya 6 persen saja. Sedangkan Nyoman hanya sebesar 18 persen. Ia kemudian meminta mahasiswa di Auditorium Undiksha yang bernama Ketut untuk angkat tangan.
"Saya nanya ini, adik-adik siapa yang nama depannya Ketut, ayo angkat tangan tinggi-tinggi. Yang muda-muda ya, dosen ampunang (tidak usah). Wah dikit, dari 1.500 mahasiswa tidak sampai 100 Ketutnya," katanya.
Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut, Koster mengatakan pihaknya akan memberikan insentif kepada orang Bali yang bernama Nyoman dan Ketut. Hal ini dilakukan untuk menjaga kearifan masyarakat lokal bali.
"Jadi kearifan lokal Bali akan lama-lama hilang dia. Maka dari itu nanti akan diberlakukan insentif untuk Nyoman dan Ketut kalau nggak bahaya ke depan, nyen nyak mebanjar ke depan (siapa yang mau mebanjar ke depan)," katanya.
Sebagai informasi, paslon nomor urut 1 Made Muliawan Arya alias De Gadjah-Putu Agus Suradnyana (Mulia-PAS) menjalani uji publik di Undiksha lebih dahulu pada Selasa (5/11/2024). Sementara Wayan Koster-Giri Prasta menjalani uji publik di Undiksha hari ini.
(nor/nor)