Calon gubernur Bali nomor urut 2, Wayan Koster, berjanji akan mengentaskan angka kemiskinan bila kembali terpilih kembali sebagai gubernur. Hal ini disampaikannya ketika menghadiri acara 'Hearing: Pariwisata Bali Mau Dibawa ke Mana' yang digelar Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali di Badung, Jumat (25/10/2024).
Koster mengatakan tingkat pengangguran terbuka di Bali berada di di angka 2,69 persen. Jumlah ini menjadikan Bali menduduki posisi terendah ketiga di Indonesia.
Meski demikian, Koster mengeklaim prestasi Bali sejatinya jauh lebih gemilang pada 2019. Saat itu, Bali menjadi provinsi terendah se-Indonesia untuk tingkat pengangguran terbuka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tingkat pengangguran terbuka 2,69 persen, terendah ketiga di Indonesia. Pada 2019 kita terendah di Indonesia. Karena kita belum pulih COVID semua, kita masih nomor 3. Nanti di periode kedua saya, saya akan nolkan ini," ujar Koster.
Selain itu, Koster juga membeberkan peningkatan di sejumlah sektor. Perbandingan ini antara 2023 dengan 2019 sebelum adanya pandemi COVID.
Misalnya, kondisi makro ekonomi Bali yang disebut mengalami kemajuan. Pada 2023, tingkat pertumbuhan ekonomi Bali mencapai angkat 5,71 persen.
Sementara, pada tahun 2019, pertumbuhan ekonomi Bali sebesar 5,6 persen. Bahkan, pertumbuhan ekonomi Bali setelah pandemi COVID disebut melampaui pertumbuhan ekonomi nasional.
Koster juga mengatakan tingkat kemiskinan di Bali sebesar 4,25 persen. Ini menjadikan Bali menduduki posisi pertama untuk tingkat kemiskinan terendah se-Indonesia.
Demikian pula soal kesenjangan. Provinsi Bali berada di angka 0,362. Angka ini lebih rendah dari angka nasional yakni 0,388. Artinya, penghasilan di Bali disebut kian merata.
"Tingkat kemiskinan 4,25 persen. Terendah di Indonesia. Jangan kira Bali ini dalam kondisi buruk-buruk. Buruknya ada, baiknya juga ada," jelasnya.
Koster menilai tantangan yang justru ada saat ini adalah populasi Nyoman dan Ketut di Bali yang sangat rendah. Tercatat nama warga Ketut di Bali hanya enam persen. Sementara, Nyoman di angka sembilan persen.
"Kalau populasi penduduk menurun, nomor satu yang habis adalah Ketut. Nama Ketut dan Nyoman lama-lama ada di museum," jelasnya.
Untuk itu, Koster dengan tegas menolak adanya KB 2 anak. Hal ini demi menyelamatkan populasi Nyoman dan Ketut yang berarti penyebutan anak ketiga dan keempat di Bali.
(hsa/gsp)