Ketua DPD Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Bali Wayan Koster merespons ucapan Bali yang saat ini 'dikuasai' PDIP bakal dihabisi di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024. Sebelumnya, ucapan tersebut dilontarkan oleh Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Calon Gubernur (Cagub) Bali yang berpasangan dengan I Nyoman Giri Prasta itu menanggapi singkat pernyataan Megawati.
"Kita cek aja di lapangan," ujar Koster seusai menghadiri penyerahan rekomendasi calon kepala daerah (cakada) dari Partai Hanura kepada PDIP di Denpasar, Rabu (28/8/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Koster enggan menjelaskan lebih rinci makna kata 'dihabisi' yang disebut oleh Megawati. "Jangan tanya-tanya itu lah," pungkasnya.
Sebelumnya, Megawati mengungkap berbagai daerah yang menjadi basis suara PDIP akan dihabisi pihak lawan saat Pilkada Serentak 2024. Menurut informasi yang dia dengar, Bali menjadi salah satu daerah yang bakal dihabisi oleh lawan-lawan politiknya.
"Saya seneng deh kalau dengerin 'nanti yang akan dihabisi', terus aku mikir 'lho kok kayaknya sopo yo'. Satu daerah Bali, dua Jawa Tengah, tiga Jawa Timur, empat, gitu kan," ujar Megawati saat pengumuman bakal calon kepala daerah gelombang ketiga seperti disiarkan di akun Youtube PDIP, Senin.
Bali Kandang Banteng
Seperti diketahui, Bali kerap disebut sebagai kandang banteng lantaran menjadi basis suara PDIP. Berdasarkan hasil Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024, PDIP mengamankan 10 kursi ketua DPRD, baik di tingkat provinsi maupun sembilan kabupaten dan kota di Pulau Dewata.
Perebutan suara dalam Pilgub Bali 2024 juga diprediksi sengit. PDIP mengusung duet Wayan Koster-I Nyoman Giri Prasta (Koster-Giri). Sementara itu, Koalisi Indonesia Maju (KIM) mengusung duet Made Muliawan Arya alias De Gadjah-Putu Agus Suradnyana (PAS).
Agus Suradnyana dan Koster sama-sama berasal dari Buleleng. Keduanya diprediksi habis-habisan memperebutkan suara di Bumi Panji Sakti, sebutan Buleleng. Musababnya, Buleleng merupakan daerah dengan jumlah pemilih terbanyak di Bali.
Berdasarkan data pemilih tetap (DPT) pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, total pemilih di Buleleng mencapai 611.901 suara. Jumlah pemilih terbesar kedua dan ketiga di Bali adalah Denpasar dengan 495.896 suara dan Badung 403.326 suara.
Prabowo-Gibran Menang di Bali
Meski begitu, hasil buruk didapatkan PDIP dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud Md yang diusung partai berlambang banteng kalah di Bali dari pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka (Prabowo-Gibran).
Prabowo Gibran yang diusung KIM meraup 54,26 persen suara pada Pilpres 2024 di Bali dan Ganjar-Mahfud mengantongi 42,04 persen suara. Perolehan suara terendah di Bali diraih pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) dengan 3,70 persen suara.
Hasil kemenangan Pilpres 2024 menjadi modal bagi partai-partai yang tergabung dalam KIM untuk Pilgub Bali 2024. De Gadjah-Agus Suradnyana pun bakal head to head dengan jagoan PDIP Koster-Giri Prasta.
Koster 'Lindas' Gajah
Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Hanura Bali I Kadek Arimbawa atau biasa disapa Lolak menyebut bahwa calon gubernur Bali dari PDI Perjuangan, Wayan Koster bisa melindas gajah. Seperti yang diketahui, calon gubernur Bali dari Gerindra, Made Muliawan Arya memiliki nama panggilan De Gadjah.
"Kakak saya ini luar biasa supaya jadi gubernur satu kali lagi, (harus) melindas gajah," ujar Lolak saat sambutannya di acara penyerahan rekomendasi dari Hanura untuk cakada PDIP se-Bali, Senin (28/8/2024).
Sontak seluruh kader Hanura bertepuk tangan. Koster dan Giri Prasta pun ikut bertepuk tangan.
Lalu, Lolak menjelaskan terkait pernyataannya saat pidato itu. Menurutnya, saat ini kondisinya adalah pertarungan politik. Ia berteman baik dengan De Gadjah.
"Saya berteman baik semua politisi saya berteman baik tetapi ini pertarungan yang namanya pertarungan politik," ungkap Lolak.
Pertarungan politik yang dia maksud adalah adu gagasan dan ide visi misi yang harus dilakukan ke depan untuk Bali. Sebab, lanjutnya, politik saat ini semakin maju seiring dengan perkembangan zaman.
"Generasi muda kita harus diberi tontonan adu gagasan jangan sampai sekarang punya visi misi di luar ekspektasi dari masyarakat. Visi misinya di awang-awang tapi bisa nggak dijalankan," tuturnya.
Seperti wacana Bandara Bali Utara, Lolak mewanti-wanti bahwa isu bandara di Buleleng itu jangan dijadikan ladang politik setiap kali ada kontestasi politik.
"Saya dari awal dengan kata hati saya, saya punya sikap bahwa saya tidak setuju dengan adanya pembangunan bandara bali utara," ucapnya.
Ia khawatir akan bernasib seperti Bandara Kertajati yang setelah dibangun tidak berfungsi karena infrastruktur untuk ke bandara belum bagus," tandas Lolak.
(hsa/gsp)