Bakal calon gubernur Bali, Wayan Koster, menyetujui konsep debat tanpa podium yang digagas Komisi Pemilihan Umum (KPU) Bali. Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Bali itu menilai konsep tersebut menandakan dekat dengan rakyat.
"Sangat bagus karena makin dekat dengan rakyat ke bawah, karena riil masalah kita kan masyarakat (yang merasakan) di desa-desa, banjar," ujar Koster di Kantor DPD PDIP Bali, Rabu (28/8/2024).
Koster menegaskan dirinya sebagai peserta dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Bali menghormati dan harus mengikuti aturan dari penyelenggara. "Kami ikuti aturan KPU saja," lanjutnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gubernur Bali 2018-2023 itu menilai ekosistem politik saat ini sudah berubah. Oleh sebab itu, metode dalam menjalankan agenda pemilihan kepala daerah (pilkada) harus menyesuaikan, termasuk imbauan dari KPU agar tidak ada pendukung saat debat berlangsung.
Kemudian, terkait pemasangan baliho, Koster mengeklaim telah lebih dahulu tidak memasang. "Sebenarnya saya lebih dahulu dari KPU tanpa baliho, karena saya sudah satu periode jadi gubernur nggak perlu ada lagi baliho," ungkap dia sambil tertawa.
Sebelumnya, KPU Bali merencanakan konsep debat Pilgub 2024 tanpa pendukung masing-masing pasangan calon (paslon). Debat akan diubah dengan gaya pertemuan di wantilan.
Ketua KPU Bali I Dewa Agung Gede Lidartawan mengungkapkan ingin menghilangkan gaya debat pemilu di Amerika. Konsep wantilan dinilai paling cocok diterapkan di Bali.
"Jangan gaya-gaya Amerika pakai podium kemudian mukul-mukul (podium), tunjuk-tunjuk. Kalau di Bali begitu mungkin habis itu dia berkelahi di belakang," ujar Lidartawan saat ditemui di DPRD Provinsi Bali, Selasa (4/6/2024).
Menurut dia, gaya masyarakat Bali bukan seperti itu. Selain itu, jika ada pendukung akan memakan durasi. Ia berkaca ketika debat pilpres lalu, banyak waktu terbuang hanya untuk menenangkan pendukung.
"Kalau lihat Pilpres 2024 berapa menit waktu dihabiskan untuk mendiamkan konstituen. Saya ingin yang namanya pemaparan visi misi ya betul-betul visi misinya didengarkan, bukan teriakan-teriakan orang yang didengarkan," ungkapnya.
KPU ingin mengubah konsep debat menjadi gaya Bali. Misalkan, debat sambil duduk melingkar dan bersila, adu gagasan dan lokasi debatnya berada di balai pertemuan khas Bali, yakni wantilan.
"Mungkin akan duduk bersila di sebuah wantilan ornamen gaya Bali. Ngobrol dan sebagainya, tidak ada lagi teriakan yel-yel. Sudah lupakan itu," tegasnya.
(iws/gsp)