Lombok Utara

Krisis Air Bersih, Warga Gili Meno Tampung Hujan untuk Mandi-Memasak

Sui Suadnyana, Ahmad Viqi - detikBali
Kamis, 27 Nov 2025 22:05 WIB
Foto: Warga Dusun Gili Meno, Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara, menampung hujan imbas krisis air selama dua tahun. (Foto: Tangkapan layar video)
Lombok Utara -

Warga Dusun Gili Meno, Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara, menampung hujan untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Upaya itu dilakukan imbas krisis air bersih yang dialami warga selama dua tahun.

Video yang diterima detikBali memperlihatkan warga meletakkan empat bak ukuran besar untuk menampung air hujan pada Rabu malam (26/11/2025). Air yang ditampung itu kemudian disimpan di dalam rumah untuk kebutuhan mandi dan memasak.

Kepala Dusun Gili Meno, Mursan, mengatakan kondisi ini imbas belum ada pipa air bawah laut yang disalurkan pemerintah ke rumah-rumah warga di kawasan wisata itu. Padahal, kata Mursan, kebutuhan air di Gili Meno sangat fundamental.

"Kami meminta perhatian Pemerintah NTB, khususnya Lombok Utara, harus memperhatikan kondisi ini. Sudah dua tahun kami berada dalam kondisi ini," kata Mursan, Kamis malam (27/11/2025).

Mursan mengkritik tidak ada upaya konkret yang dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lombok Utara dalam mengatasi masalah krisis air bersih. Malah, kata Mursan, Bupati Lombok Utara, Najmul Akhyar, kembali ingin melakukan pengeboran untuk memenuhi kebutuhan air warga dan wisatawan.

"Miris, kenapa harus ngebor dan memaksakan perusahaan yang bermasalah untuk menangani krisis air di sini," ungkap Mursan bertanya-tanya.

Mursan menilai janji yang diungkapkan Najmul untuk menyelesaikan krisis air bersih di Gili Trawangan, Meno, dan Air (Tramena) dalam tempo enam bulan dirasa cukup berat. Masalahnya, belum ada skema konkret yang ditawarkan untuk mengatasi krisis air di tiga gili tersebut.

"Saya rasa 6 bulan tidak bisa karena kami saja di Meno ini sudah dua tahun krisis air. Dan kenapa harus memaksakan perusahaan yang sudah kita tahu dapat sanksi oleh Gakkum Lingkungan Hidup, KPPU, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan, dipaksa lagi untuk urus air," kritik Mursan.

Mursan juga mengkritisi penolakan Najmul untuk memasang pipa air bawah laut dari Pulau Lombok ke kawasan tiga gili. Dia beranggapan penolakan itu murni tanpa dasar.

"Saya kira pemasangan pipa bawah laut lebih aman. Kalau alasan merusak biota itu tidak masuk akal. Daripada memaksa ngebor dan memaki perusahaan bermasalah (PT Tiara Citra Nirwana) jelas sangat tidak pro masyarakat," tandas Mursan.

Mursan bersyukur musim hujan ini membuat warga di Gili Meno tidak lagi kesulitan air. Air hujan dengan intensitas tinggi hingga akhir 2025 ini bisa ditampung untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Diberitakan sebelumnya, Bupati Lombok Utara, Najmul Akhyar, menolak tawaran warga untuk memasang pipa air bawah laut di kawasan Gili Tramena. Pemasangan pipa air bawah laut itu dilakukan untuk mengatasi krisis air bersih selama bertahun-tahun.

"Pemasangan pipa dari pinggir itu menurut saya kurang tepat. Itu merusak terumbu karang dan biota laut karena arus besar," kata Najmul di Mataram, Rabu (26/11/2025).

Najmul menawarkan solusi alternatif, yakni dengan memanfaatkan sumber daya alam di Gili Tramena, seperti seawater reverse osmosis (SWRO). SWRO adalah sistem untuk mengubah air laut menjadi tawar.

Najmul juga akan melengkapi izin pengeboran air dengan metode deep well di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) serta ke Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Menurut dia metode deep well itu bisa meminimalisasi kerusakan lingkungan dengan memaksimalkan sumber daya di kawasan tiga gili.

"Mau ngebor atau SWRO itu kan teknis. Nanti akan disesuaikan dengan izin lingkungan di KKP yang ramah lingkungan," terang Najmul.



Simak Video "Video Perempuan Pencuri Sepeda Listrik Diarak Warga Keliling Gili Trawangan"

(iws/iws)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork