CPMI Lombok Diminta Tebusan Rp 20 Juta di BLK Malang, Paspor Ditahan Perusahaan

Ahmad Viqi - detikBali
Senin, 17 Nov 2025 12:02 WIB
Foto: Ilustrasi paspor ditahan. (AI)
Mataram -

Seorang calon pekerja migran Indonesia (CPMI) asal Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), berinisial M mengaku mengalami tekanan saat menjalani pelatihan di Balai Latihan Kerja (BLK) milik PT Citra Karya Sejati (CKS) di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Ia mengeklaim dimintai uang hingga Rp 20 juta sebagai syarat pemberangkatan ke Taiwan.

M sudah berada di BLK tersebut selama empat bulan. Menurut pengakuannya, paspor yang telah terbit sejak tiga bulan lalu ditahan oleh perusahaan dan ia tak kunjung diberangkatkan ke negara penempatan.

"Paspor saya sudah keluar sejak saya masuk 3 bulan di sini. Tapi ditahan oleh perusahaan," cerita perempuan berusia 34 tahun itu melalui sambungan telepon kepada detikBali, Senin (17/11/2025).

Permintaan uang disebut bermula ketika M keluar dari BLK untuk menjenguk keluarganya yang sedang dirawat di rumah sakit di Malang. Meski sebelumnya meminta izin kepada perusahaan, ia tidak mendapatkan izin. Saat tetap pergi menemui keluarganya, pihak BLK menuduhnya melarikan diri dan menahan ponselnya.

"Saya dianggap melarikan diri dari perusahaan. Padahal saya nggak lari. Saya keluar temui keluarga sakit tanpa izin karena nggak dikasih izin," katanya.

Saat ini, M masih berada di BLK tersebut. Dia meminta bantuan ke pemerintah NTB agar bisa keluar dari BLK untuk pulang ke Lombok. Ia tak mampu memenuhi permintaan perusahaan terkait uang Rp 20 juta yang disebut-sebut sebagai biaya pemberangkatan.

"Saya kan mau cari kerja. Karena saya mau cari kerja saya nggak punya uang. Saya mau pulang ke Lombok saja," katanya.

Perusahaan Membantah

Manager Operasional PT CKS, Lili, membantah adanya permintaan uang Rp 20 juta kepada M. Ia menyebut informasi tersebut sudah diklarifikasi dengan keluarga korban.

"Jika ada info lebih lanjut akan kami update supaya tidak ada kesalahan dalam penyampaian ataupun info yang belum jelas," kata Lili.

Lili menjelaskan seluruh CPMI asal NTB masih dalam proses pembekalan sebelum pemberangkatan, dan semua prosedur berjalan sesuai aturan. Seluruh proses pemberangkatan berlanjut secara resmi dan prosedural.

"Masih berlanjut secara resmi dan prosedural," katanya.

Direktur PT CKS, Imelda, mengatakan sebanyak 2.000 lebih warga NTB telah diberangkatkan untuk bekerja di luar negeri melalui lembaga pelatihan kerja swasta (LPKS) PT CKS. Angka ini menunjukkan tingginya minat warga NTB bekerja di luar negeri.

"Hubungan kami dengan NTB sudah lama terjalin. Hingga kini, lebih dari 2.000 warga NTB telah kami latih dan berangkatkan ke luar negeri. Anak-anak NTB memiliki semangat belajar yang luar biasa," ungkap Imelda.

Saat ini, PT CKS aktif membina peserta yang akan ditempatkan di empat negara tujuan utama, yaitu Taiwan, Hong Kong, Singapura, dan Malaysia. Mereka dilatih untuk menguasai keterampilan domestik, komunikasi, serta pembekalan bahasa dan budaya kerja negara tujuan.

Namun, Imelda menyebutkan bahwa PT CKS tidak berhenti di sektor informal. Pihaknya sedang mengembangkan peluang kerja sektor formal di kawasan Eropa, seperti Polandia, Belanda, dan Spanyol. Kebutuhan tenaga kerja di Eropa mencakup bidang pertanian, logistik, hingga perawatan lansia.

"Ke depan, kami ingin membuka peluang kerja lebih luas bagi tenaga kerja Indonesia, termasuk dari NTB, tidak hanya di sektor informal tetapi juga di sektor formal seperti kesehatan dan industri jasa," tuturnya.



Simak Video "Video: Setibanya di Korsel, Prabowo Disambut Pekerja Migran Asal Indonesia"

(nor/nor)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork