Para guru di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), mengeluhkan banyak siswa engan menyantap menu Makan Bergizi Gratis (MBG). Kondisi itu terungkap dalam Rapat Koordinasi dan Pengawasan MBG yang digelar di Aula Kantor Bupati Lombok Barat, Selasa (14/10/2025).
Salah satu perwakilan guru dari Kecamatan Batu Layar, Raodiah, menyebut puluhan ompreng hampir selalu tersisa gegara siswa enggan menyantap menu MBG yang disediakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Banyak anak-anak yang tidak mau makan, di kelas yang isinya 28 siswa, hanya 8 orang yang mau makan. Itu pun mereka cuma ngambil buah atau susu," tutur Raodiah di Kantor Bupati Lombok Barat, Selasa (14/10/2025).
Menurutnya, hal itu disebabkan karena menu MBG yang dibagikan tidak sesuai dengan selera siswa. Ia bahkan mengatakan nasi bungkus yang dijual pedagang lebih laku dibandingkan menu MBG.
"Ada juga penyebabnya karena aroma makannya sudah mulai tidak enak. Misalnya telur yang sudah mulai amis, atau ayam yang ditakutkan ada ulatnya, karena itu pernah kejadian juga," ungkap Raodiah.
Hal senada juga disampaikan perwakilan Guru Madrasah di Kecamatan Sekotong. Guru yang enggan menyebutkan namanya tersebut mengatakan siswa tidak mau menyantap menu MBG karena tidak terbiasa menggunakan piring berbahan aluminium.
"Omprengnya ini kan pakai alumunium sama kayak di rumah sakit, jadi anak-anak merasa nggak berselera. Mereka juga sudah terbiasa dengan masakan ibunya," ucapnya.
Ia merasa bahwa programMBG ini justru malah menambah tanggung jawab guru. Sebab, guru harus mengikat rapi ompreng sisa siswa setiap hari sebelum diambil pihakSPPG.
"Mohon maaf ini, katanya juga ada honor koordinator buat kami, tapi sampai sekarang belum ada," keluh pria berkopiah putih tersebut.
Sementara itu, Bupati Lombok Barat Lalu Ahmad Zaini (LAZ) mengatakan program MBG sejak awal memang tidak melibatkan pemerintah kabupaten (pemkab). Akan tetapi, beban tanggung jawab selalu dilimpahkan pada Pemkab.
Sehingga, LAZ tegas meminta agar program MBG ini harus bisa memberikan dampak bagi daerah baik secara ekonomi maupun pemenuhan gizi untuk anak. Ia mengaku tidak segan-segan menutup dapur MBG jika didapati membahayakan.
"Ya kalau memang terus bahaya hasil temuan kami dan kejadiannya terus buruk ya terpaksa kami harus tutup," tegasnya.
Terpisah, perwakilan Kementerian Sekretariat Negara, Tri Dhara Marhamah, yang hadir dalam rapat tersebut mengatakan akan menyampaikan keluhan serta permasalahan MBG di Lombok Barat.
"Kami di sini hanya bertugas untuk melakukan pemantauan dan pengawasan, kami tidak berwenang menyampaikan apapun. Tapi temuan-temuan yang disampaikan teman-teman tadi akan kami sampaikan ke pimpinan,"pungkasnya.
(nor/nor)