Sebanyak 37 delegasi dari 18 negara anggota Palang Merah Internasional atau International Committee of the Red Cross (ICRC) dijadwalkan berkunjung ke Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), pekan ini. Mereka akan meninjau sistem peringatan dini bencana di kawasan pesisir Sekotong, Lombok Barat.
Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) NTB Lalu Herman Mahaputra alias Jack mengatakan para delegasi ICRC akan berkunjung mulai Rabu (15/10) hingga Jumat (17/10). Diketahui, Sekotong menjadi lokasi percontohan nasional dalam program mitigasi berbasis komunitas.
"Mereka akan audiensi dengan Gubernur NTB, Lalu Muhamad Iqbal, kunjungan ke Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops) BPBD NTB, hingga peninjauan langsung sistem mitigasi di lapangan," kata Jack di Mataram, Senin (13/10/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jack mengatakan delegasi ICRC akan melihat implementasi dalam aksi antisipasi bencana berbasis masyarakat di Sekotong. Menurutnya, daerah itu dipilih karena memiliki potensi tinggi dalam bencana banjir rob dan tsunami.
Selain itu, Sekotong juga menjadi lokasi pemasangan tiga alat Early Warning System (EWS) hasil kerja sama antara PMI dan mitra internasional. Jack menjelaskan sistem peringatan dini ini bekerja dengan sensor pendeteksi perubahan debit air laut.
Ketika terjadi peningkatan debit air yang signifikan, dia berujar, alat akan memberikan sinyal kepada BMKG dan dinas terkait untuk segera melakukan peringatan dini kepada masyarakat. "Kami harapkan nanti desa itu yang akan berdaya dulu, mengenali sinyal-sinyal dari bencana," imbuh Jack.
Selain meninjau sistem deteksi dini, para delegasi juga akan melihat hasil program penanaman mangrove di Sekotong, Lembar, dan Cemara. Pohon bakau di wilayah tersebut telah ditanam sejak 2013 sebagai bagian dari upaya mitigasi alami terhadap abrasi dan banjir pesisir.
Sementara itu, Ketua PMI Lombok Barat Haris Karnain tak menampik wilayah Sekotong menjadi langganan bencana banjir bandang maupun banji rob. Menurutnya, PMI telah memasang alat detektor banjir di wilayah Sekotong dalam tiga bulan terakhir.
"Kami pasang alat detektor di situ. Nanti ketika ada volume air dari hulu maupun dari banjir rob, itu akan ada peringatan dini sehingga masyarakat bisa evakuasi untuk mencegah korban harta, korban jiwa," ujar Haris.
(iws/iws)