Pemerintah Kota (Pemkot) Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), kembali menghadirkan pagelaran seni 'Peresean' sebagai bentuk cinta budaya. Kali ini, pagelaran 'Peresean' akan digelar rutin setiap dua pekan sekali.
"Kami melihat bagaimana di Ubud, Bali, ada Tari Kecak yang dilakukan secara rutin. Kami (juga) ingin masyarakat bisa melihat Peresean ini secara rutin," kata Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Mataram Cahya Samudra saat diwawancarai di Mataram, Selasa (19/8/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cahya menjelaskan Pemkot Mataram sudah memiliki sarana fasilitas untuk menunjang pagelaran seni Peresean. Yakni di Taman Hiburan Rakyat (THR) Loang Balok, Sekarbela, Mataram.
"Makanya kami dorong Pokdarwis di RTH Loang Balok ini untuk merutinkan kegiatan Peresean. Apalagi di Loang Balok, sudah ada kolosiumnya, sudah siap, tinggal dimanfaatkan saja. Kegiatan seperti ini bisa kami lakukan dua kali seminggu," ujar Cahya.
Dalam rangka menyambut HUT Kota Mataram, Dispar Mataram menggelar Peresean dengan melibatkan sejumlah kelompok paguyuban. Di antaranya, Terune Jontlak, Pangeran Lingsar, Joget Jempong, Deni Pecut Nyamber, Raden Lingsar, Ijo Jempong, Nopal Angin Ribut, Wahyu Pecut Putih, hingga Demung Wire.
"Jadi nanti ada dua paguyuban dari Jempong dan Lingsar. Pagelaran Pereseannya digelar sore ini, mulai pukul 16.00 Wita di THR Loang Balok, Sekarbela, Mataram. Momentumnya di sana enak untuk sunsetan dan ini dibuka secara gratis," tuturnya.
Sebagai informasi, Peresean merupakan pertarungan antara dua laki-laki dengan bersenjatakan tongkat rotan (penjalin) dan berperisai kulit kerbau yang tebal dan keras. Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat suku Sasak, Lombok.
"Ini jadi ajang silaturahmi, bukan untuk kalah menang. Jadi budaya Peresean ini sebagai bentuk keberanian, keuletan dan ketangkasan, tapi tidak menimbulkan amarah. Setiap selesai (pentas Peresean para petarung) pasti akan berkapongan (berpelukan sebagai simbol tetap kompak)," pungkasnya.
(nor/nor)