Proyek peningkatan jalan di Desa Hurung-Ile Pati-Demondei dan pembangunan Jembatan Bliko di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) menyedot anggaran sebesar Rp 76,6 miliar yang bersumber dari APBN 2025.
Proyek jalan Hurung-Ile Pati-Demondei dikerjakan berdasarkan Kontrak Nomor: HK.02.03/Bb10.8.5/140 tertanggal 12 Juni 2025. Pekerjaan ini ditangani oleh Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Nusa Tenggara Timur, Satuan Kerja Pelaksana Jalan Nasional Wilayah IV NTT dengan nilai kontrak sebesar Rp 56,39 miliar.
Durasi pelaksanaan proyek ini direncanakan selama 202 hari kalender, dengan masa pemeliharaan selama 365 hari. PT Kurnia Mulia Mandiri ditunjuk sebagai kontraktor pelaksana, sementara pengawasan dilakukan oleh tim internal BPJN NTT.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, proyek penggantian Jembatan Bliko berdasarkan Kontrak Nomor: HK.02.03.BB10.8.6/225 tertanggal 24 April 2025 menghabiskan anggaran Rp 18,21 miliar. Kontraktor pelaksana proyek ini juga dipercayakan kepada PT Kurnia Mulia Mandiri, dengan pengawasan oleh PT Diantama Reksanusa KSO.
Kontraktor pelaksana dari PT Kurnia Mulia Mandiri, Dedy Aryanto menjelaskan jalan yang dibangun memiliki panjang 10,292 kilometer dengan lebar badan jalan 5,5 meter serta bahu jalan 1 meter di kiri dan kanan.
"Plat deker ada 1x1 dan ada 2x2, kami pakai box culvert Wika, akhir kontrak 31 Desember 2025," kata Dedy kepada detikBali, Selasa (17/6/2025).
Dedy memastikan pekerjaan jalan akan selesai tepat waktu. Ia menyebut pekerjaan tersebut akan melibatkan warga lokal dari desa setempat.
"10 ekskavator, 2 ekskavator besok dari Lembata ke Adonara. Satu ekskavator dari Solor ke Adonara, ada 16 unit dump truk sudah di sini (Adonara), untuk menunjang dua paket di waktu bersamaan. Dan kami akan dibantu pekerja lokal karena volume bangunan pelengkap sangat banyak," lanjutnya.
Untuk pembangunan Jembatan Bliko, Dedy mengatakan akan menggunakan tenaga profesional mengingat kompleksitas pekerjaan fondasi sumuran sedalam 4 meter dengan diameter 4 meter.
"Untuk jembatan Bliko ini kami pesan bahan juga di Wika Beton. Satu bulan ini akan dimobilisasi dari Pasuruan Surabaya turun di Pelabuhan Tabilota, Adonara, Flores Timur," jelasnya.
Dedy menyebut panjang jembatan ini mencapai 35 meter dan lebar 7 meter.
"Lebar aspal 7 meter, bahu kiri dan kanan semuanya 1 meter jadi total 9 meter," tukasnya.
Anggota DPRD NTT, Ana Waha Kolin, berharap pelaksana proyek memprioritaskan pekerja lokal di tengah kondisi ekonomi yang sulit.
"Di situ kan ada pekerja minor sekitar 4.000 kubik. Dan di tengah resesi ekonomi begitu hebat, saya berharap rekanan bisa memperkerjakan anak-anak lokal," ujar Ana saat meninjau lokasi Jembatan Bliko di Kecamatan Wotanulumado.
Ana juga berharap pekerjaan jembatan dilakukan sesuai aturan dan prosedur agar bisa segera dimanfaatkan masyarakat.
"Ya, prosentase lima persen dan saya lihat gambar dan sesuai dengan E-katalog itu. Saya sudah tekankan pada PPK, lima persen itu murni pekerjaan. Jembatan yang dibangun itu akan menghemat jalan dan menghemat waktu dan luar biasa. Direncanakan 2026 baru dieksekusi sekarang," tutupnya.
(dpw/dpw)