Jumlah Anak Hamil di NTB Tembus 2.350 Orang, Terbanyak di Lombok Timur

Jumlah Anak Hamil di NTB Tembus 2.350 Orang, Terbanyak di Lombok Timur

Ahmad Viqi - detikBali
Jumat, 06 Jun 2025 13:02 WIB
ZAATARI REFUGEE CAMP, JORDAN - AUGUST 2014: Baraah, 17, a Syrian refugee from Ghouta, in the Damascus suburbs, poses for a portrait six months pregnant in the room where she and her husband live in Zarqa, Jordan, August 23, 2014.  Baraah was married when she was fifteen, and is due to have her first child in November. While marriage under the age of eighteen was a common Syrian tradition before the start of the civil war, more and more Syrian girls are marrying at a younger age because of the insecurity of the war,  because many families feel the girls in their family may be sexually harassed if they are not under the care of a husband, and because of prospect of alleviating the financial burden of one more mouth to feed.  (Photo by Lynsey Addario/Getty Images Reportage)
Ilustrasi pernikahan anak. (Foto: Getty Images/Lynsey Addario)
Mataram -

Sebanyak 2.350 anak di Nusa Tenggara Barat (NTB) melahirkan sepanjang tahun 2024. Ribuan anak yang hamil tersebut baru berumur 18 tahun ke bawah. Kasus anak hamil terbanyak ditemukan di Kabupaten Lombok Timur dengan 503 kasus.

Hal itu diungkapkan oleh Kepala Bidang Perlindungan Khusus Anak Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P3AP2KB) NTB, Sri Wahyuni

"Angka kehamilan usia anak di NTB masih tinggi. Data ini diambil dari OPD (organisasi perangkat daerah) terkait seperti Dinas Kesehatan dan Dinas P3AP2KB," kata Wahyuni di Mataram (5/6/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wahyuni menuturkan perlunya strategi yang matang untuk menurunkan angka kehamilan anak di daerah itu. Menurutnya, masyarakat juga perlu mendapat edukasi agar memiliki pemahaman yang sama terkait dampak perkawinan anak.

"Karena bagaimanapun juga, meski ada Perda (peraturan daerah) dan Perdes (peraturan desa), larangan menikah dini kesadaran masyarakat untuk mencegah dan menangani perkawinan anak masih lemah," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB, Wahyuni berujar, memiliki program Desa Berdaya untuk menekan angka pernikahan anak. Program tersebut mencakup sosialisasi tentang kekerasan seksual dan bahaya pernikahan usia anak.

"Kami akan melakukan upaya-upaya pencegahan pernikahan dini kekerasan seksual melalui Desa Berdaya ini. Kami harapkan bisa menekan angka pernikahan anak," ujar Wahyuni.

Sosiolog Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram Atun Wardatun mengungkapkan salah satu penyebab tingginya kekerasan seksual dan pernikahan anak adalah lemahnya sikap asertif di tingkat keluarga. Ia menyebut peran orang tua penting dalam upaya menekan kasus pernikahan anak.

"Banyak orang tua tidak tahu tindakan asertif. Termasuk lemahnya pendidikan seksual di lingkungan keluarga," ujar Atun.




(iws/iws)

Hide Ads