Ratusan umat Katolik mengikuti prosesi jalan salib tematis di Gereja San Juan Lebao, Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Jumat (11/4/2025). Tangis sejumlah perempuan pecah saat narasi penderitaan Yesus dibacakan oleh Orang Muda Katolik (OMK), komunitas keagamaan di gereja itu.
"Getsemani, aroma membaur dalam menyeruak. Ya Bapa, jikalau boleh piala ini berlalu namun bukan kehendakku, melainkan kehendak-Mu terjadi. Ludah-ludah khianat melekat di pipinya. Hatiku sedih seperti mau mati rasanya. Getsemani kukenang dalam gelisah tak bertepi," kata Tira Dua selaku narator saat membacakan kisah penyaliban Yesus dengan nada sedih.
Pantauan detikBali, ratusan umat Katolik itu tampak khusyuk mendengarkan kisah sengsara Yesus. Mereka mengenakan pakaian serba hitam sebagai tanda berduka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anak-anak hingga orang tua ikut dalam kisah penyaliban Yesus yang melibatkan tiga narator perempuan dan tiga narator laki-laki. Terdapat sebanyak 14 perhentian kisah sengsara Yesus yang ditampilkan dalam prosesi itu.
Masing-masing perhentian itu didesain dengan kain ungu dan salib hitam. Setiap adegan sengsara Yesus itu diringi musik klasik dan suara sedih narator yang sehingga membuat umat Katolik yang hadir terhanyut akan kisah sengsara Yesus.
"Sejuk telinga-Mu menangkap lirih, sedih. Ibu, inilah anak-Mu. Duka menikam wajahmu. Pasrah. Menatap duka dalam hening. Aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut perkataan-Mu. Bunda di pintu hati-Mu kami mengetuk," ujar narator lainnya.
Lagu bahasa Nagi-Larantuka dinyanyikan dengan sendu dan penuh perasaan. Lagu itu mengisahkan bagaimana Yesus didera hingga mengeluarkan darah dari muka dan hidung.
Seusai jalan salib Tematis, Romo Sil Sabon memberikan berkat penutup. "Semoga anda sekalian diberkati oleh Tuhan yang Mahakuasa," ujarnya.
(iws/iws)