Wali Kota (Walkot) Mataram, Mohan Roliskana, bakal menggenjot pendapatan asli daerah (PAD) di periode kedua kepemimpinannya. Salah satunya peluang PAD dari sektor pasar.
"Pasar jadi bagian yang kami usahakan untuk peningkatan yang memberikan kontribusi secara signifikan," kata Mohan saat ditemui seusai rapat paripurna di Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Mataram, Rabu (15/1/2025).
Sebagai informasi, retribusi pasar di Mataram kerap tak sesuai target. Hal ini terjadi lantaran banyaknya pedagang yang lebih memilih berjualan di jalan raya, kawasan parkir, hingga menggelar lapaknya di lorong-lorong pasar tradisional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini menjadi persoalan juga. Kami menginginkan pasar yang sehat higienis dan memberikan kenyamanan kepada pengunjung. Jadi supaya selaras antara pelayanan dan juga keharusan kepada pengelola pasar yang ada di situ. Jadi pelan-pelanlah," jelas Mohan.
Mohan menginginkan sektor potensial seperti pasar dan parkir tetap menjadi primadona untuk PAD. Begitu juga dengan parkir yang sudah dilakukan pemkot untuk ekstensifikasi kebijakan dan pendekatan yang lebih modern.
"Pasar juga bisa seperti itu. Sudah kami coba pakai QRIS (untuk transaksi), pelan-pelanlah. Berikan kami waktu dulu, agar masyarakat merasakan perubahan-perubahan yang kami lakukan," ungkap Mohan.
Sebelumnya, Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Mataram, Uun Pujianto, menjelaskan retribusi pasar di Mataram belum memenuhi target 100 persen. Data Disdag Mataram retribusi masih di angka 80 persen hingga Desember ini.
"Memang belum tercapai 100 persen, tetapi yang jelas setiap tahun ada kenaikan. Sekarang baru mencapai Rp 6 miliar lebih dari target Rp 7 miliar. Anggap saja retribusi kami baru 80 persen dari target," ujar Uun saat dikonfirmasi detikBali.
Menurut Uun, kendala retribusi pasar di Mataram masih baru mencapai 80 persen dikarenakan banyak pedagang ogah membayar retribusi. Khususnya, saat di momen hari raya keagamaan.
"Kendalanya ada pada momen acara hari raya keagamaan, pada momen itu yang bayar retribusi hanya sedikit, jadi tidak memenuhi target. Jadi pedagang itu bayar retribusi saat berjualan saja, tetapi pada saat tidak berjualan (karena momen hari raya keagamaan) ndak bayar retribusi mereka. Itu kendalanya," tutur Uun.
Uun menjelaskan retribusi pasar saat ini banyak ditopang oleh pasar tradisional besar seperti Pasar Kebon Roek, Pasar Mandalika, Pasar Sayang-Sayang hingga Pasar Pagesangan. Ada juga support dari Pasar ACC, Pasar Karang Sukun, hingga Pasar Cemare.
"Hingga akhir tahun, sepertinya retribusi kita belum bisa mencapai 100 persen, tetapi setidaknya bisa di angka 80 persen lebih (hingga akhir Desember 2024)," jelas Uun.
(iws/gsp)