Keluh Kesah Warga Korban Banjir di Malaka NTT, Terancam Gagal Panen

Keluh Kesah Warga Korban Banjir di Malaka NTT, Terancam Gagal Panen

Yufengki Bria - detikBali
Minggu, 29 Des 2024 19:35 WIB
Rumah warga beserta ternak di Kabupaten Malaka, NTT, terendam banjir luapan Sungai Benenain, Minggu (29/12/2024).
Foto: Rumah warga beserta ternak di Kabupaten Malaka, NTT, terendam banjir luapan Sungai Benenain, Minggu (29/12/2024). (Istimewa)
Kupang -

Hujan dengan intensitas tinggi mengakibatkan Sungai Benenain meluap hingga membanjiri rumah warga di tujuh desa di Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada dini hari tadi sekitar pukul 01.00 Wita, Minggu (29/12/2024). Yakni, Desa Fahiluka, Lawalu, Motaain, Naimana, Forek Modok, Oan Mane, dan Sikun.

Warga merasa gelisah di tengah situasi banjir luapan yang terus menggenangi rumah mereka. Situasi itu diperparah dengan tanggul Sungai Benenain yang jebol dihantam bencana Badai Seroja pada 2021 dan hingga kini tak kunjung diperbaiki.

Lahan jagung, padi, hingga umbi-umbian terancam gagal panen. Begitu juga dengan ternak mereka, terancam kehilangan sumber makanan. Sebab, rumput lapang yang sering dijadikan warga sebagai pakan ternak pun tertimbun material lumpur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami sangat gelisah kalau banjir terus mengepung kami. Apalagi mau memasuki tahun baru 2025," ungkap salah satu warga di Desa Fahiluka, Kecamatan Malaka Tengah, Jhefri Araujo, Minggu pagi.

Jhefri menuturkan mulanya air hanya setinggi sekitar 30 sentimeter (cm), tetapi perlahan naik hingga satu meter. Di sejumlah titik, ketinggian air mencapai dua meter lebih. Rumah-rumah warga di desanya juga ikut tergenang air.

ADVERTISEMENT

"Sejak jam 1 itu, air terus bertambah naik hingga rumah-rumah warga semuanya tergenang air," tutur Jhefri.

Menurut Jhefri, banjir itu baru surut sekitar pukul 05.00 Wita. Namun, menyisakan material lumpur yang sangat tebal di dalam rumah.

"Bahkan kalau mau dibilang memasuki tahun baru dengan kondisi lumpur begini kan payah juga. Tidak ada kebahagian memang," beber Jhefri.

Dari tujuh desa tersebut, Jhefri berujar, yang paling parah terdampak adalah Desa Motaain di Kecamatan Malaka Barat dan Desa Lawalu di Kecamatan Malaka Tengah. Dua desa tersebut menjadi langganan banjir pada setiap tahunnya.

Padahal, kata Jhefri, Desa Motaain dikenal sebagai desa penghasil komoditas pisang dan sayur-sayuran yang sering disuplai untuk kebutuhan pasar di daratan Pulau Timor. Salah satunya Kota Kupang.

"Desa Motaain dan Lawalu itu sangat dekat dengan Sungai Benenain. Sehingga kalau hujan deras, rumah dan warga di sana pasti kebanjiran dan baru menyebar ke desa kami," kata Jhefri.

Sementara itu warga lainnya, Egy Tahu, mengatakan setelah banjir surut, warga mulai kebingungan untuk membersihkan sisa-sisa material lumpur yang disertai sisa-sisa kayu. Begitu juga dengan sampah-sampah plastik.

"Di saat banjir, maka lumpur dan sampah-sampah pasti banyak di dalam rumah. Sejak pagi tadi, kami semua sibuk untuk bersihkan material lumpurnya," terang Egy.

Dia berharap tanggul Sungai Benenain segera diperbaiki agar masyarakat bisa bebas dari banjir. Selain, itu ternak dan tanaman juga bisa terhindar dari ancaman banjir.

"Kalau tanggulnya terus dibiarkan ya kami sebagai warga yang terus merasakan dampak banjir di setiap tahun," imbuh Egy.

Bupati Malaka, Simon Nahak, mengatakan sudah memerintahkan kepala Dinas Sosial Kabupaten Malaka untuk mengurus air bersih, makanan siap saji, dan pemberian bantuan lainnya.

"Sesuai laporan yang saya terima, air bersih sudah didrop di lokasi yang terdampak banjir," kata politikus PDI Perjuangan itu.

Selain itu, Simon juga sudah memerintahkan Kepala Dinas PUPR Kabupaten Malaka untuk segera mengecek terkait kemungkinan adanya tanggul yang jebol.

"Selama saya bertugas di luar, semua pekerjaan saya wakilkan kepada Pak Wakil Bupati dengan Pak Sekda. Semua kepala dinas saya sudah perintahkan untuk turun ke lapangan," pungkas Simon.

Diberitakan sebelumnya, sebanyak tujuh desa di Kabupaten Malaka terendam banjir akibat luapan Sungai Benenain. Banjir terjadi pada Minggu (29/12/2024) pukul 01.00 Wita saat warga sedang tidur nyenyak.

"Ada sekitar tujuh desa yang terdampak luapan Sungai Benenain. Banjir masuk sampai dalam rumah," ungkap salah satu warga di Desa Fahiluka, Kecamatan Malaka Tengah, Jhefri Araujo, Minggu pagi.

"Kami masih sementara bersih-bersih material berupa batu, pasir, dan lumpur di dalam rumah," tutur Jhefri.




(hsa/hsa)

Hide Ads