Warga Desa Nawokote, Kecamatan Wulanggitang, korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki, merayakan Natal di Pos Pengungsian Desa Kobasoma, Kecamatan Titehena, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Mereka mengikuti misa Natal pukul 08.40 Wita.
Pantauan detikBali, warga juga membuat pohon Natal sederhana di pengungsian. Pohon Natal itu terbuat dari kayu kering yang dililit lampu. Ada juga pohon Natal yang terbuat dari botol bekas. Lagu-lagu Natal terdengar membahana dari tenda pengungsian.
Meski bisa merayakan Natal di pos pengungsian, suasana yang dirasakan warga sangat berbeda dengan di kampung halaman. Natal di pengungsian membuat mereka teringat dengan perayaan di kampung halaman yang biasanya diisi dengan suasana kegembiraan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Natal tahun ini bikin rindu kampung," ungkap salah satu warga Desa Nawokote di Pos Pengungsian Desa Kobasoma, Etalase Noba, kepada detikBali.
Warga Desa Nawokote lain, Nus Plue, juga tak bisa memungkiri jika perayaan Natal di pengungsian sangat berbeda dibandingkan di kampung halamannya. Perayaan Natal di kampung halaman biasanya berisi acara selamatan hingga jabat tangan dari satu keluarga ke keluarga lain. "Tetapi ini di kami di sini saja," ujarnya.
Selain itu, Nus juga teringat dengan gereja mereka yang roboh akibat erupsi Lewotobi Laki-laki pada 3 November lalu. "Perasaannya agak lain. Ketika kami masuk gereja, kami lihat keadaan gereja, kami pikir gereja kami di kampung yang roboh sakit hati," ungkapnya.
Nus mengatakan, saat perayaan misa Natal malam dan pagi, khotbah pastor selalu meneguhkan mereka agar bertahan di tengah penderitaan. "Khotbah pastor meneguhkan kami bertahan dengan situasi ini," kata dia.
(iws/iws)