Suasana Natal di Pengungsian Lewotobi: Kreativitas di Tengah Keterbatasan

Flores Timur

Suasana Natal di Pengungsian Lewotobi: Kreativitas di Tengah Keterbatasan

Yurgo Purab - detikBali
Senin, 23 Des 2024 16:07 WIB
Suasana menyambut Natal di pengungsian korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, NTT, Senini (23/12/2024).
Suasana menyambut Natal di pengungsian korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, NTT, Senini (23/12/2024). (Foto: Yurgo Purab/detikBali)
Flores Timur -

Warga korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), mulai merasakan suasana Natal meski berada di pengungsian. Pohon Natal dan ucapan selamat Natal dan Tahun Baru menghiasi pelataran depan tenda-tenda pengungsi, menambah semarak di tengah keterbatasan.

Fransiska Sabu Koban, salah satu warga Desa Klatanlo yang kini mengungsi di Pos Desa Bokang, menceritakan bahwa mereka membuat dekorasi Natal dari bahan sederhana dan bungkusan detergen.

"Itu dinding (ucapan selamat Natal dan Tahun Baru) kami buat dari bungkusan sabun," katanya, Senin (23/12/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suasana menyambut Natal di pengungsian korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, NTT, Senini (23/12/2024).Suasana menyambut Natal di pengungsian korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, NTT, Senini (23/12/2024). Foto: Yurgo Purab/detikBali

Pantauan detikBali di sana, terlihat sebidang tembok di pengungsian didekorasi dengan tulisan 'Selamat Natal dan Tahun Baru'. Latar belakang tulisan itu adalah hiasan dari bungkusan sabun yang ditempel.

Sementara di sisi lain, ada pohon Natal yang dibuat dari sususan botol air mineral. Pohon Natal itu dihiasi dengan pita menjuntai berwarna emas. Ada juga pohon Natal di dapur umum.

ADVERTISEMENT

Pohon-pohon natal juga ada di beberapa pos pengungsian seperti Pos Desa Bokang, Pos Desa Konga, dan Pos Desa Lewolaga, terlihat pohon Natal berdiri di pelataran pos.

Salah seorang pengungsi, Marta Mare (20), juga merasakan suasana Natal yang berbeda tahun ini. Meski dilibatkan dalam latihan koor untuk Misa Malam Natal, ia tidak bisa menyembunyikan kesedihannya.

"Kami Misa (Natal) di Kapela Desa Konga. Memang sedih rasanya. Tapi kami juga gembira karena selamat dari bencana," tuturnya.

Hal senada disampaikan Nina Hewen, warga Desa Boru. Ia mengaku Natal kali ini terasa tidak seperti biasanya, tapi tetap bersyukur. "Rasanya tidak seperti biasanya ya. Ini keadaan situasi, jadi kami terima," ujar Nina di Pos Desa Konga, Kecamatan Titehena.

Marta menambahkan, pastor dan sebagian umat dari Keuskupan Larantuka rencananya akan menggelar perayaan Natal bersama warga penyintas erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki. Hal ini diharapkan dapat memberikan semangat dan kebahagiaan bagi para korban bencana.




(dpw/iws)

Hide Ads