Mengenal Bahasa Sehari-hari di Flores: Lio, Nage, dan Keo

Mengenal Bahasa Sehari-hari di Flores: Lio, Nage, dan Keo

Vincencia Januaria Molo - detikBali
Senin, 04 Nov 2024 03:30 WIB
ilustrasi kamus
Foto: Ilustrasi kamus bahasa. (Getty Images/domin_domin)
Denpasar -

Flores adalah pulau di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang terkenal akan kekayaan budaya dan keindahan alamnya. Selain pesona alam yang memikat, salah satu keistimewaan Flores adalah ragam bahasa yang digunakan sehari-hari oleh masyarakat setempat. Di antara bahasa-bahasa yang hidup dan berkembang di pulau ini, Bahasa Lio serta Bahasa Nage dan Keo memiliki tempat khusus.

Bahasa Lio, digunakan oleh etnis Lio yang mendiami Kabupaten Sikka dan Ende, memiliki beragam dialek yang menunjukkan keragaman budaya di wilayah tersebut. Sementara itu, bahasa Nage dan Keo adalah dua bahasa utama di Kabupaten Nagekeo, yang masing-masing digunakan di wilayah berbeda, dengan ciri dialek dan kosakata yang memperkaya komunikasi harian masyarakat.

Bahasa Lio

Bahasa Lio adalah bahasa yang dituturkan oleh masyarakat etnik Lio di Kabupaten Sikka dan Kabupaten Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Bahasa ini memiliki keragaman dialek dengan perbedaan tingkat wicara yang signifikan di berbagai wilayah. Berdasarkan analisis dialektometri, bahasa Lio terbagi menjadi tujuh dialek utama:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

· Dialek Paga-Nita - terdiri dari Paga, Wolowiro, dan Mage Panda dengan perbedaan berkisar antara 21,88-25,69%.

· Dialek Mau Basa-Ropa - mencakup subdialek Mau Basa dan Ropa dengan perbedaan sebesar 36,33%.

ADVERTISEMENT

· Dialek Nggela-Wolomage-Ngalupolo - mencakup Nggela, Wolomage, dan Ngalupolo, dengan variasi perbedaan 35,11-39,44%.

· Dialek Fataatu-Wololelea-Tou - terdiri dari Fataatu dan Wololelea-Tou dengan perbedaan 43,01-46,32%.

· Dialek Watunggere - berbeda dari dialek lain dengan perbedaan sebesar 53,33-61,62%.

· Dialek Ende - memiliki ciri khas lokal tersendiri.

· Dialek Nage - dengan perbedaan 63,08-76,41% dibandingkan dialek lainnya dalam bahasa Lio.

Bahasa Lio menunjukkan perbedaan yang sangat besar ketika dibandingkan dengan bahasa lain di sekitarnya, seperti bahasa Sikka dan Lamaholot, yang menunjukkan perbedaan lebih dari 81%. Keberagaman ini menegaskan identitas unik bahasa Lio dalam rumpun bahasa Flores.

Contoh Bahasa Lio Sehari-hari Beserta Artinya:

· Kau ka ta lae (Kamu sudah makan atau belum)

· Tau mbana leka emba (kamu mau kemana)

· Ana sai aru (Itu anaknya siapa)

· Neku bebo (Saya tidak tau)

· Kau mbeo leka sai (Kamu tahu dari mana)

Contoh Pepatah Bahasa Lio

· Bhoti kale ana halo, Fai walu raka mbale (Yatim piatu dan para janda harus dilindungi dan dijamin hak hidupnya oleh adat (pemerintah) supaya mendapatkan kehidupan yg layak)

· Dari Nia Pase La'e (Laki - laki harus berdiri di garda terdepan menggantikan generasi terdahulu (ayah/leluhur) dengan maksud untuk melindungi keluarga besar)

· Gaga Bo'o Kewi ae (Pekerjaan, menanam dan menabur akan menuai hasil yg melimpah seperti air yang mengalir)

· 'Hungu Dubu, Lima Bita' (Tangan kita dituntut harus giat dalam bekerja)

· 'To'o Lei po'o Mbana Lei Mbeja, Boka Ngere Hi Bere Ngere Ae' (Semua didalam keluarga harus: beranjak, sejalan seperti serumpun bambu, sependeritaan dan mengalir laksana air)

Bahasa Nage dan Keo

Kabupaten Nagekeo, di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, memiliki kekayaan bahasa yang khas dengan dua bahasa utama, yaitu Bahasa Nage dan Bahasa Keo. Kedua bahasa ini mencerminkan beragam identitas budaya dan geografi yang ada di Nagekeo. Berikut adalah pembagian wilayah bahasa tersebut:

1. Bahasa Nage

Digunakan di wilayah Boawae, Mbay, Aesesa Selatan, dan Wolowae. Di Wolowae, bahasa ini bercampur dengan Bahasa Toto dan Mbay, sehingga memiliki karakteristik unik.

2. Bahasa Keo

Bahasa ini digunakan di wilayah Mauponggo, Nangaroro, dan Keo Tengah. Wilayah-wilayah ini mempertahankan ciri bahasa Keo yang khas dan berbeda dari Bahasa Nage.

Di Kota Mbay, dua bahasa berbaur, yaitu bahasa Nage dan bahasa Mbay. Penggunaan bahasa Mbay juga bercampur dengan bahasa Riung, khususnya di daerah Munde dan Lari, sehingga menghasilkan dialek unik yang berbeda dari daerah lainnya.

Perbedaan dialek antara bahasa Nage dan Keo cukup nyata, meskipun beberapa kosakata dalam kedua bahasa memiliki kemiripan. Perbedaan ini memperkaya khasanah budaya lisan di Nagekeo, menjadikannya contoh menarik bagi para peneliti bahasa dan budaya serta daya tarik bagi wisatawan yang tertarik menjelajahi ragam bahasa dan tradisi lokal di Flores.

Contoh Bahasa Nage dan Keo yang Mirip dan Sering Digunakan Sehari-hari

· Kau ka gha atau la'e (Kamu sudah makan atau belum)

· Kau tau apa ke (Kamu sedang apa)

· Nga'o mona beo (Saya tidak tahu)

· Miu mo nuka neba (Kalian mau kemana)

· Kau ne'e sai ena ke (Kamu dengan siapa disitu)

· Nga'o mange ngeri (Saya sangat lapar)

· Kau be'o pu'u ena sai (Kamu tahu dari siapa)

Contoh Pepatah Bahasa Nage dan Keo

· Kita ine sa susu mite, kita ame salalu to, zeta tolo pedhe nika tuga sa podo, sale teda inu tua tuga sa he'a (Kita adalah ibarat saudara seayah seibu)

· Papa modho ne'e hoga woe, papa meku ne'e doa delu (Baik dengan para sahabat dan lembut dengan saudara)

· Papa be'o ne'e ulu eko, papa pawe ne'e padhi lange (Saling mengenal dan saling berbaikan dengan tetangga)

· Zeta ulu nuga, zale taga laga, ko'o ata ma'e tolo ala, ko'o kapo ma'e tolo dao ( Yang di atas kepala jangan diambil, yang di kaki dilangkahi, milik orang jangan dijadikan miliki kita atau jangan mencuri)

· Be'o be'o ma'e ghewo, sa pi-pi petu bhia mega tegu, sa teda-teda keta bhia ae ngeta (Hati-hati, ada saatnya kita berjaya ada saatnya kita tak berdaya)

· Ngaza mo'o muzi modhe ngusa kungu bubu, ngusa logo una ulu nana wunu, loho bala ko (Kalau mau hidup baik maka punggung harus bersisik karena matahari dan beban, kuku harus tumpul artinya harus kerja keras)

· Ti'i mona wiki, pati mona lai (Apa yang sudah diberikan jangan diambil kembali)

· Kobe ma mange, leza ma latu, napa dhou tei nuka ne'e (Masih ada hari esok,beri kesempatan untuk bekerja dulu agar memperoleh hasil)

· To,a mae bai to'a aki wini ngani mona, tuki ma'e bai tuki aki ata mona tuli (Jangan terlalu royal sehingga kehabisan benih, jangan terlalu kikir nanti tidak ada tamu)

· La'a nama ola ma'e ghewo bo'a ola, walo dia sa'o ngusa teki tato (Pergi merantau jangan lupa kampung halaman, pulang ke kampung halaman harus membawa sesuatu yang baik dan berguna

Artikel ini ditulis oleh Vincencia Januaria Molo peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom




(hsa/hsa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads