Ironi di Pulau Komodo: Jadi Destinasi Tersohor tapi Kondisi Sekolah Tak Layak

Manggarai Barat

Ironi di Pulau Komodo: Jadi Destinasi Tersohor tapi Kondisi Sekolah Tak Layak

Sui Suadnyana, Ambrosius Ardin - detikBali
Senin, 21 Okt 2024 09:40 WIB
Kondisi SMKN Restorasi Pulau Komodo di Pulau Komodo, Taman Nasional Komodo, Manggarai Barat, NTT. (Istimewa)
Foto: Kondisi SMKN Restorasi Pulau Komodo di Pulau Komodo, Taman Nasional Komodo, Manggarai Barat, NTT. (Istimewa)
Manggarai Barat -

Pulau Komodo di kawasan Taman Nasional (TN) Komodo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), tersohor sebagai destinasi favorit bagi turis domestik maupun mancanegara. Ada ratusan ribu wisatawan berkunjung ke sana setiap tahun dan menghasilkan pendapatan puluhan miliar bagi negara.

Namun, di balik gemerlap pariwisata itu, kondisi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) Restorasi Pulau Komodo sangat memprihatinkan. Sekolah kejuruan itu terdiri dari tiga ruang kelas dan satu ruang guru. Tiang-tiang dan rangka lainnya, termasuk dindingnya, masih terbuat dari bambu. Sebagian dinding dan atap sekolah itu hanya menggunakan seng. Sementara lantai sekolah terbuat dari semen kasar.

"Itu (lantai) semen, tetapi sudah rusak, nggak bagus," ujar Wakil Kepala SMKN Restorasi Pulau Komodo, Saharil, Minggu (20/10/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ruang guru SMKN Restorasi Pulau Komodo itu juga terlihat miris. Ruang guru di sekolah itu terlihat bak lapak sederhana dengan lantai tanah dan tidak berdinding. Tempat duduk ruang guru terlihat sederhana terbuat dari bambu. Tak ada meja di ruang guru itu. Para guru tampak memangku laptop yang dipakai untuk bekerja.

ADVERTISEMENT
Kondisi ruang guru di SMKN Restorasi Pulau Komodo di Pulau Komodo, Taman Nasional Komodo, Manggarai Barat, NTT. (Istimewa)Foto: Kondisi ruang guru di SMKN Restorasi Pulau Komodo di Pulau Komodo, Taman Nasional Komodo, Manggarai Barat, NTT. (Istimewa)

SMKN Restorasi Pulau Komodo merupakan satu-satunya sekolah lanjutan tingkat atas di kawasan TN Komodo. Sekolah ini beroperasi mulai tahun ajaran 2022/2023. Saat ini memasuki tahun ketiga. Belum ada yang lulus dari sekolah tersebut.

Total ada sebanyak 148 siswa di SMKN Restorasi Pulau Komodo dari kelas XI sampai XII. Sebanyak 90 persen siswa berasal dari Pulau Komodo. Sisanya, siswa dari pulau-pulau di sekitarnya.

SMKN Restorasi Pulau Komodo memiliki tiga jurusan, yakni kuliner, perhotelan, dan usaha layanan pariwisata. Kegiatan belajar mengajar di SMKN Restorasi Pulau Komodo itu dilakukan pagi dan siang hari. Dibuat dua kali sehari karena keterbatasan ruang kelas. "Untuk pagi kelas 2, dan kelas 1 siang," ujar Saharil.

"Anak kelas 3 sementara lagi melakukan praktik di Labuan Bajo selama enam bulan," lanjut dia.

SMKN Restorasi Pulau Komodo mempunyai sebanyak 21 guru dan dua tenaga tata usaha (TU). Namun, hanya satu guru yang berstatus aparatur sipil negara (ASN), yakni kepala sekolah. Guru lainnya dan TU masih berstatus honorer.

Mohon Atensi Kementerian Pendidikan

SMKN Restorasi Pulau Komodo sudah berjuang agar dibangunkan gedung sekolah yang layak. Perjuangan itu dimulai sejak sekolah itu beroperasi, tetapi belum membuahkan hasil.

Saharil berharap pemerintah bisa segera membangun gedung yang layak untuk sekolah yang berada di pulau yang menjadi habitat biawak komodo tersebut.

"Kami memohon kepada pemerintah agar sekolah kami segera cepat dibangun karena selama 2 tahun 4 bulan ini sekolah kami tidak layak ditempati oleh siswa dalam proses KBM (kegiatan belajar mengajar)," kata Saharil.

Suasana kegiatan belajar mengajar (KBM) SMKN Restorasi Pulau Komodo di Pulau Komodo, Taman Nasional Komodo, Manggarai Barat, NTT. (Istimewa)Foto: Suasana kegiatan belajar mengajar (KBM) SMKN Restorasi Pulau Komodo di Pulau Komodo, Taman Nasional Komodo, Manggarai Barat, NTT. (Istimewa)

Saharil menjelaskan pembangunan SMKN Restorasi Pulau Komodo itu awalnya diniatkan untuk menunjang pengembangan sumber daya manusia (SDM) di dalam kawasan TN Komodo sehingga bisa menjaga alam Pulau Komodo. Pembangunan sekolah juga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Namun, sekolah itu justru kurang mendapat perhatian dari pemerintah.

Saharil prihatin dengan kondisi gedung SMKN Restorasi Pulau Komodo. Padahal, sekolah itu berada di daerah destinasi pariwisata super prioritas Labuan Bajo yang menjadi prioritas pembangunan untuk keberlanjutan pariwisata. Ia berharap kondisi sekolah tersebut mendapat perhatian dari Kementerian Pendidikan.

"Perlu atensi khusus dari pemerintah, khususnya Kementerian Pendidikan, untuk pengadaan pembangunan sekolah yang layak demi terciptanya sekolah yang baik untuk masyarakat Desa Komodo," tandas Saharil.




(iws/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads