BP3MI Gandeng GMIT Cegah Rekrutmen PMI Ilegal di NTT

BP3MI Gandeng GMIT Cegah Rekrutmen PMI Ilegal di NTT

Yufengki Bria - detikBali
Kamis, 03 Okt 2024 18:37 WIB
Ketua Sinode GMIT, Samuel Pandie (kiri) bersama Kepala BP3MI NTT, Suratmi Hamida, seusai meneken MoU penanganan PMI di kantor Sinode GMIT, Kamis (3/10/2024).
Ketua Sinode GMIT, Samuel Pandie (kiri) bersama Kepala BP3MI NTT, Suratmi Hamida, seusai meneken MoU penanganan PMI di kantor Sinode GMIT, Kamis (3/10/2024). (Foto: dok. BP3MI NTT)
Kupang -

Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Nusa Tenggara Timur (NTT) bekerja sama dengan Sinode Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) untuk menekan perekrutan PMI illegal di NTT. Hal ini bertujuan untuk melindungi warga agar terhindar dari praktik perdagangan orang.

"Kesepakatan itu menjadi langkah strategis dan kolaborasi untuk meningkatkan sinergi antara BP3MI NTT dan GMIT dalam melindungi hak-hak PMI, terutama di daerah-daerah yang sulit dijangkau," ujar Kepala BP3MI NTT, Suratmi Hamida, dalam keterangan tertulisnya, Kamis (3/10/2024).

Suratmi menjelaskan PMI asal NTT yang sedang bekerja di luar negeri pada 2024, berjumlah 900 orang. Rinciannya berdasarkan penempatan negara tujuan di antaranya, Malaysia (846), Jepang (9), Hong Kong (9), Singapura (29), dan Qatar (3). Kemudian, Jerman, Suriname, Papua New Guinea, dan Brunei Darussalam masing-masing satu orang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Negara yang paling banyak jadi tujuan utama para PMI NTT bekerja adalah Malaysia dan paling banyak didominasi oleh perempuan," jelas Suratmi.

Menurut Suratmi, data PMI asal NTT yang meninggal dunia di luar negeri sejak Januari hingga Oktober 2024 berjumlah 94 orang. Sehingga pentingnya kolaborasi sebagai upaya bersama untuk memberikan perlindungan dan informasi yang akurat kepada calon PMI melalui dukungan dari GMIT. Hal itu lebih efektif dalam memberikan edukasi tentang bahaya penempatan PMI secara ilegal.

ADVERTISEMENT

"Jenazah yang paling banyak itu dikirim dari Malaysia. Kami berharap dapat meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya migrasi yang aman dan legal," ungkap Suratmi.

Ketua Sinode GMIT, Pendeta Samuel Benyamin Pendie, menegaskan gereja memiliki tanggung jawab moral dalam mendukung program perlindungan PMI untuk mendampingi jemaatnya di setiap langkah migrasi.

Dengan langkah ini, kami meyakini BP3MI NTT dan GMIT berkomitmen untuk bersama-sama menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi para PMI sebagai momentum dalam berbagai program kerja sama, seperti pemberian informasi, bimbingan dan pemberdayaan bagi calon PMI.

"Langkah ini, BP3MI NTT dan Sinode GMIT berkomitmen untuk bersama-sama menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi para pekerja migran," tandas Samuel.




(dpw/dpw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads