Perairan Taman Nasional Komodo di Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), tercemar karena ulah kapal wisata yang membuang limbah ke laut. Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gabungan Pengusaha Wisata Bahari dan Tirta Indonesia (Gahawisri) Labuan Bajo Budi Widjaja meminta pemerintah membeli sampah yang dihasilkan kapal agar tidak dibuang ke laut.
"Salah satu solusi yang Gahawisri usulkan adalah sampah kapal dibeli oleh pemerintah. Sehingga semua kapal rajin mengumpulkan sampahnya," kata Budi, Sabtu (17/8/2024).
Budi mengatakan ada kapal yang membuang sampah di laut karena tidak mau membayar sampah saat dibuang di daratan ketika tiba di pelabuhan Labuan Bajo. Menurut dia, jika pemerintah membeli sampah, tidak ada kapal yang membuang limbahnya ke laut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Lihat saja bagaimana kapal-kapal ferry, dan lain-lain membuang sampah di laut sebelum sampai ke pelabuhan karena membayar sampahnya. Apabila dibeli sampahnya maka tidak akan ada kapal yg membuang limbahnya ke laut," tegas Budi.
"Realita sekarang di Bajo, jangankan sampah laut, sampah darat saja tidak ada yang mengambil atau mengolah. Terbukti dengan masih banyaknya yang membakar sampah. Terlebih lagi ketika hujan deras, sampah darat turun ke laut karena tidak ada jaring sampah di sungai," lanjut pengusaha pemilik kapal wisata di perairan Labuan Bajo tersebut.
Budi mengatakan perairan Taman Nasional Komodo itu adalah selat yang mengalir kencang. Ada arus yang membawa sampah dari luar ke kawasan Taman Nasional Komodo. Juga membawa keluar sampah dari perairan Taman Nasional Komodo.
Terkait dengan pembuangan limbah yang berasal dari toilet dan kamar mandi (limbah black water) kapal, menurut dia, diperolehkan dibuang ke laut dengan jarak tertentu dari pantai. Ketentuan itu, kata Budi, diatur dalam Undang-Undang Pelayaran.
"Semua sudah diatur dalam UU pelayaran baik national maupun international. Contoh, bahwa secara international limbah black water bisa dilepas di laut sekian mil dari pantai. Semua itu sudah diatur, tinggal penegasan dan pengawasannya aja," kata Budi.
Ia mengatakan aktivitas MCK di kapal wisata tidak sebanyak di darat. Limbah MCK itu tak sebanyak di darat yang justru dibuang ke laut. "Berapa orang sih yang mandi, cuci di laut dibanding yang di darat, airnya ke laut semua itu," tandas Budi.
Sebelumnya Kepala Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) Hendrikus Rani Siga mengatakan limbah ratusan kapal wisata mencemari perairan Taman Nasional Komodo. Hendrikus menegaskan membuang limbah kapal wisata ke laut menjadi salah satu pelanggaran yang dilakukan pelaku wisata bahari di perairan Taman Nasional Komodo.
"Limbah. Banyak itu limbah (kapal). Itu mandi, cuci di atas kapal itu limbahnya luar biasa," ungkap Hendrikus.
Baca juga: TN Komodo Tercemar Limbah Kapal Wisata |
Hal itu diungkapkan langsung oleh Hendrikus di hadapan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno dalam kegiatan MICE to Meet You Komunitas Wisata Bahari di Labuan Bajo, Kamis (15/8/2024) sore.
Ia mengajak semua pihak untuk bersama-sama mencarikan solusi mengatasi limbah kapal wisata di perairan Taman Nasional Komodo. Menurut dia butuh kerja sama semuanpihak termasuk pelaku wisata untuk menjaga kelestarian ekosistem wisata bahari di Taman Nasional Komodo.
"Kami mulai memikirkan bagaimana caranya antisipasi," ujar Hendrikus.
(dpw/dpw)