Personel Polres Bima Kabupaten berhasil menaklukkan Gunung Tambora, Nusa Tenggara Barat (NTB). Para anggota polisi itu kemudian mengibarkan bendera merah putih untuk memperingati HUT ke-79 RI di puncak gunung setinggi 2.850 meter di atas permukaan laut (mdpl) tersebut.
Kapolres Bima Kabupaten, AKBP Eko Sutomo, menuturkan pendakian menuju puncak Gunung Tambora perlu melewati medan yang terjal. Pendakian diikuti oleh Wakapolres Kompol Saogi Sujana Angsar; Kabag Ops AKP Iwan Sugianto; Kasat Resnarkoba Iptu Fardiansyah; Kapolsek Tambora Ipda Ady Darmawa; dan sejumlah personel Polres Bima.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Semangat para peserta pendakian tetap tinggi," kata Eko, Sabtu (17/8/2024).
"Ini sebagai simbol nasionalisme dan penghormatan kami terhadap para pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan," imbuhnya.
Eko menuturkan rombongan memulai pendakian sejak Jumat (16/8/2024). Sebelum mencapai puncak Gunung Tambora, mereka sempat menginap di Pos 5 dan pendakian dilanjutkan pada Sabtu pagi.
"Sabtu Gunung Tambora berhasil ditaklukkan serta Sang Saka Merah Putih bisa berkibar," ujarnya.
Secara administratif, Gunung Tambora terletak di antara dua kabupaten, yaitu Dompu dan Bima. Terdapat empat jalur pendakian menuju puncak Tambora, di antaranya Jalur Pancasila yang memakan waktu tiga hari dua malam. Selanjutnya, Jalur Doro Ncanga yang membutuhkan waktu tempuh selama dua hari, Jalur Oi Marai selama dua hari, dan Jalur Piong yang memakan waktu hanya satu hari.
Erupsi Gunung Tambora pada 1815 dicatat sebagai letusan terbesar dalam sejarah. Sebelum letusan, Gunung Tambora memiliki ketinggian kira-kira 4.300 mdpl dan menjadi salah satu puncak tertinggi di Indonesia. Setelah letusan, tinggi gunung ini hanya setinggi 2.851 mdpl.
Meletusnya Gunung Tambora ketika itu juga tercatat sebagai salah satu bencana terbesar dalam catatan sejarah dunia. Letusan tersebut masuk dalam skala tujuh pada skala Volcanic Explosivity Index yang empat kali lebih kuat daripada letusan Gunung Krakatau pada 1883.
(iws/iws)