Jenazah Nikolas tiba di Bandara El Tari Kupang, siang tadi, Selasa (11/6/2024). Nikolas diketahui mengidap penyakit pneumonia.
"Bapak sakit pneumonia sudah tiga tahun, tapi selama ini kami tidak diberitahu kalau bapak sedang sakit," ujar anak kandung Nikolas, Febi Bitaela, kepada detikBali di Bandara El Tari Kupang.
Nikolas merupakan PMI asal RT 04, RW 02, Desa Lamudur, Kecamatan Weliman, Kabupaten Malaka. Ia berangkat ke Malaysia pada awal 2013 tanpa dilengkapi dengan dokumen resmi atau melalui jalur ilegal.
"Saat itu bapak jalan sendiri tanpa direkrut. Jadi, tidak ada dokumen yang resmi," kata Febi.
Selama di Malaysia, Nikolas bekerja sebagai buruh di perkebunan kelapa sawit. Keputusan untuk merubah nasib ke sana, karena dilatarbelakangi oleh kondisi ekonomi dan tuntutan biaya sekolah empat anaknya.
"Karena, saat itu kami tiga orang sedang kuliah. Tidak ada apa-apa lagi untuk bayar biaya sekolah, maka bapak memutuskan untuk kerja di sana. Setiap bulan itu pengiriman uangnya lancar untuk kami bayar biaya sekolah dan kuliah," tutur Febi disertai histeris.
Perempuan berusia 27 tahun, itu tak henti-hentinya menangis ketika mendapat kabar ayahnya sudah tidak bisa menelan makanan dan minuman.
"Saya tidak bisa buat apa-apa. Saya menangis dan berdoa, semoga bapak diberikan kesembuhan supaya pulang untuk bertemu dengan kami," kisah Febi.
Tepatnya pada Jumat, (31/5/2024), Febi beserta sejumlah keluarganya mendapat kabar tentang kematian sang ayah.
Penyuluh Hukum Ahli Muda BP3MI NYT Yonas Bahan menjelaskan jumlah PMI yang meninggal di Malaysia pada 2024 berjumlah 48 orang. Puluhan PMI rata-rata berangkat melalui jalur ilegal.
"Tambah dengan jenazah Nikolas Nesi sudah 48 orang yang meninggal di Malaysia dan dikirim ke masing-masing daerah asalnya," tandas Yonas.
(dpw/hsa)