Sandiaga mengatakan pencapain itu menempatkan Indonesia di posisi tiga besar dunia dengan sumbangan ekraf terbesar terhadap PDB. Indonesia hanya kalah dari Amerika Serikat dan Korea Selatan. Ia mengungkapkan drama horor hingga dangdut koplo menyumbang PDB terbesar dari sektor ekraf Indonesia.
"Pariwisata telah menciptakan banyak dampak ekonomi dan ini harus disandingkan dengan ekonomi kreatif yang kita sudah masuk ke tiga besar dunia dari segi dampak terhadap PDB. (Ekraf) berkontribusi delapan persen terhadap PDB Indonesia dan menempatkan Indonesia di posisi ketiga dunia," kata Sandiaga di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu (29/5/2024).
Sandiaga lantas menyinggung sektor ekraf Amerika Serikat yang mengandalkan Holywood, musik jazz, hingga musik country. Sementara Korea Selatan, Sandiaga berujar, mendunia berkat K-Pop.
"Amerika punya Hollywood, punya jazz music, punya country music, dan segala macam. Kedua, Korea Selatan, punya kuliner, dan yang paling terkenal K-Pop. Tapi Indonesia merangsek ke posisi tiga besar dunia dari segi kontribusi terhadap PDB," ujar Sandiaga.
"Kalau Amerika punya Holywood, Korea Selatan punya drakor (drama Korea), kita punya drahor (drama horor). Kalau mereka punya jazz, Korea punya K-Pop, kita punya D-Kop: dangdut koplo. Kalau kita nggak suka dangdut, sungguh terlalu," lanjut politikus PPP itu.
Sandiaga mengatakan sektor ekraf menjadi salah salah satu kekuatan ekonomi Indonesia. Bersama sektor pariwisata, dia melanjutkan, ekraf membuka peluang usaha dan terciptanya banyak lapangan kerja.
"Pariwisata harus bersanding dengan ekraf kita untuk menciptakan banyak peluang usaha sehingga akhirnya menciptakan total hampir 50 juta lapangan kerja di seluruh Indonesia," tegas Sandiaga.
Adapun sektor pariwisata, ujar Sandiaga, menyumbang devisa terbesar kedua setelah pertambangan. Ia menyebut industri pariwisata menciptakan lebih banyak lapangan kerja dibandingkan industri lain di Indonesia.
"Pariwisata industri yang menciptakan enam kali lipat lapangan kerja, lebih banyak dibandingkan industri lainnya," pungkas mantan wakil gubernur DKI Jakarta itu.
(iws/dpw)